Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.
“Murah hati” secara sederhana kiranya dapat diartikan hatinya dijual murah, memberi hati atau perhatian kepada siapapun yang menghendaki, ‘pro Deo’. Sebagaimana manusia kiranya kita telah menerima perhatian melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, dan tentu saja melalui pertama-tama dan terutama melalui orangtua kita masing-masing, sehingga kita dapat hidup, tumbuh berkemang sebagaimana adanya pada saat ini.
Maka marilah kita tanggapi secara positif atau kita laksanakan perintah Yesus :”Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”. Hati dalam bahasa Latin “cor” dapat berarti jantung, budi, pikiran, hati, batin, jiwa, akal budi, pengertian. Maka bermurah hati kepada orang lain berarti memberi pikiran/pendapat, isi hati, isi batin dan pengertian kepada yang lain alias memberikan diri seutuhnya bagi yang lain.
Rasanya bermurah hati ini pertama-tama dan terutama dihayati di dalam keluarga, diantara anggota keluarga, dengan teladan dari orangtua dan dibiasakan pada anak-anak. Jika di dalam keluarga semua anggota keluarga telah terbiasa bermurah hati, maka kami percaya mereka akan bermurah hati kepada sesamanya, entah di dalam pergaulan di masyarakat, sekolah maupun tempat kerja.
Membiasakan bermurah hati juga merupakan cara untuk tumbuh berkembang menjadi ‘man or woman with/ for others’. Orang yang bermurah hati senantiasa juga siap sedia, dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk diganggu oleh siapapun yang membutuhkannya, dan dengan demikian yang bersangkutan juga dikasihi oleh semua orang maupun Tuhan. Murah hati kiranya perlu dilengkapi dengan ‘rasa kasih sayang yaitu sikap dan perilaku yang menunjukkan kepekaan, kepedulian dan belas kasihan kepada orang lain atau makhluk yang tidak berdaya dan perlu dibantu” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).
· “Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba- Nya”( Dan 9:8-10),
Kutipan doa ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, sebagai orang lemah, rapuh dan berdosa. Kiranya bertambah usia dan pengalaman masing-masing dari kita juga bertambah dosa-dosanya, maka marilah dengan rendah hati kita akui kelemahan, kerapuhan dan dosa-dosa kita. Mungkin apa yang baik kita renungkan atau refleksikan yaitu kebalikan dari murah hati alias pelit atau jual mahal diri sendiri atau egois, kurang peka dan tanggap terhadap mereka yang minta bantuan kepada kita atau saudara-saudari kita yang membutuhkan bantuan; atau mungkin kita terlalu mengikuti dorongan roh jahat sehingga melakukan apa yang tidak berkenan di hati Tuhan, misalnya: “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Gal 5:19-21)
Masa Tobat atau Prapaskah merupakan kesempatan untuk memperbaharui diri atau bertobat, maka marilah kita bertobat serta menyesali dosa-dosa yang telah kita lakukan serta mohon kasih pengampunan dari Tuhan yang Maha Penyayang dan Pengampun. Menyesali dosa-dosa berarti tidak melakukan lagi dosa yang sama dan tentu saja juga tidak melakukan dosa-dosa yang baru. Sebagai wujud pertobatan atau pembaharuan diri marilah kita taati dan laksanakan hukum Tuhan yang utama dan pertama yaitu ‘saling mengasihi satu sama lain’, antara lain dengan bermurah hati kepada mereka yang harus kita perhatikan dan kasihi. Marilah saling bermurah hati, saling memperhatikan [Ign Sumaryo SJ]
=================================================================
Bacaan Luk 6:36-38
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”