Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.
Mengawali tahun 2009 sebagai bagian dalam penziarahan hidup di bumi, kita seharusnya bisa menganalogikan diri seperti Johanes Pembaptis yang berani tampil ‘nyeleneh’ melawan arus. Kok berani-beraninya seorang anak muda berpakaian nyentrik kulit onta yang kasar, makannya pun belalang pahit dan madu hutan. Tampil beda dari komunitas saat itu, baik cara berpakaian dan pola makannya yang serba prihatin. Dia pun berani meng’claim’ dirinya adalah nabi yang disebut-sebut mempersiapkan jalan Tuhan.
Mampukah kita tampil melawan arus demi membawa pertobatan bagi setiap manusia yang kita jumpai sepanjang perjalanan hidup, untuk kembali menerima rahmat Allah. Perjuangan membawa pertobatan itu justru harus diawali dengan pertobatan pribadi dan disertai mati raga, mematikan kenyamanan diri dan kepuasan diri. Johanes Pembaptis yang berani berteriak lantang melawan berbagai faham orang Farisi dan ahli Taurat, tetap konsisten melakukannya walau untuk itu ia semakin dibenci dan dikucilkan.
Kita perlu belajar dari saudara-saudara kita yang dengan disiplin lima kali sehari mengambil waktu berdoa, merefleksikan imannya ditengah kegiatan sehari-hari. Memang kita harus menjaga kesadaran iman kita setiap saat agar kita tidak ‘korslet’ mewartakan diri sendiri lebih sering daripada mewartakan kasih Tuhan. Setiap saat sebelum memulai tugas pewartaan, saya sering berdoa memohon ampun agar sungguh-sungguh hanya Yesus yang diwartakan, bukan diri sendiri yang akhirnya ‘nebeng’ kehebatan Yesus melalui FirmanNya. Bahkan diakhir pewartaan saat beberapa orang menyampaikan terima kasih, saya harus memaksa diri saya melihat bahwa itulah akibat Roh Kudus yang berkarya melalui saya. Alangkah mudah nya para pewarta, pengkotbah, pendeta bahkan imam, jatuh dengan rasa berpuas diri karena piawai membawakan kotbah dan renungan yang menarik. Akhirnya lupa bahwa yang seharusnya diberitakan adalah Dia yang memang harus ditampilkan, bukan kehebatan dan keakuan kita. Siapa elu?? Itulah kata-kata yang sering saya tujukan pada diri sendiri. Siapakah saya ini yang diijinkan Tuhan mewartakan Kabar Gembira? Ini semua karena Allah mengasihi kita semua untuk kembali kepada Nya.
Maka menjadi pengikut Kristus, kita juga harus berani mewartakan kebenaran, keadilan serta menyatakan yang salah. Juga bilamana untuk itu kita dinilai ‘berbeda’ dan dianggap melawan arus yang ‘normal’. Memang tidak mudah meratakan jalan yang berbukit-bukit meluruskan yang berkelok-kelok, tapi selangkah demi selangkah harus dilakukan demi terbukanya jalan bagi kebenaran, keadilan, kejujuran dan kesejahteraan. Tetapi ditengah semuanya itu kita juga mau belajar kerendahan hati seperti Johanes Pembaptis. Membuka tali kasut artinya merendahkan diri sebagai hamba yang paling rendah pangkatnya untuk melayani Tuhan Yesuspun ia merasa tidak pantas. Ia yang telah konsisten terus menerus mempersiapkan jalan bagi pelayanan Yesus, toh masih juga merasa bukan siapa-siapa dihadapan Yesus. Semoga kita berani tampil beda membawa terang dan menjadi garam, demi Kristus Juru Selamat dan Penebus kita.
================================================================
Bacaan Yoh 1:19-28
Yoh 1:19 Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?” Yoh 1:20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.” Yoh 1:21 Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” Yoh 1:22 Maka kata mereka kepadanya: “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” Yoh 1:23 Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” Yoh 1:24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Yoh 1:25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” Yoh 1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, Yoh 1:27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.” Yoh 1:28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.