“tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan“
Seorang romo kenalan saya menceritakan betapa sibuknya ia melayani umat yang jumlahnya ribuan dan tersebar sampai pelosok desa karena batas parokinya mencakup beberapa desa. Lalu bagaimana menentukan skala prioritas, apalagi dalam kultur masyarakat Jawa, kehadiran romo paroki sangat penting pada pertemuan jemaat. Beliau mengatakan memang banyak sekali undangan-undangan yang dia terima dari umat, minta misa ini dan itu, undangan pesta mengenai berbagai hal sampai selamatan segala. Untuk yang tidak membutuhkan keputusan penting darinya, biasanya ia berbagi tugas dengan romo rekan. Tapi kalau ada peristiwa kematian, pasti dia sempatkan hadir dan memimpin Misa Requiem. Karena justru disitulah ia bisa mendengar dan merasakan kedukaan yang dalam dari umatnya. Kehadirannya yang cuma sesaat diharapkan bisa sedikit meringankan kesedihan mereka. Berbagi kegembiraan bisa dilakukan kapan saja, tidak harus pada hari H, tapi berbagi dalam duka yang paling sedih justru saat-saat berduka cita seperti itu. Maka romo paroki ini selalu mengutamakan dan menyempatkan datang baik ke rumah ataupun ke rumah sakit, sekalipun sedang diluar kota.
Saya belajar dari sang romo karena berbagi kesedihan itu tidak mudah. Saya sudah merasakan kehilangan yang dalam atas berpulangnya ibu dan ayah saya. Sehingga sedapat mungkin saya tidak menghadiri peristiwa kedukaan kerabat, dan ini saya jalani beberapa waktu lamanya. Sulit bagi saya untuk menghibur orang lain sementara saya sendiri masih memiliki duka akan kehilangan yang dalam. Tapi semenjak mendengar kisah sang romo desa ini, saya mohon ampun pada Tuhan dan saya minta kerendahan hati agar bisa merasakan kepedulian yang sama yang Yesus rasakan saat melihat seseorang yang sedang berduka.
Injil hari ini mengingatkan pada kita bahwa mujizat terjadi karena Yesus tergerak hatinya melihat seorang janda yang kehilangan anak tunggalnya. Untuk umat Yahudi seorang janda adalah warga negara kelas duanya kelas dua, sudah perempuan janda pula. Sudah pasti tidak kebagian harta warisan. Apalagi anak tunggalnya sebagai satu-satunya kekayaan yang dimiliki dan dicintainya pun meninggal. Judulnya seperti lagu “Sebatang kara di dunia” lah bagi janda ini. Yesus merasakan kehilangan yang mendalam, betapa hidup si janda ini hancur tiada harapan.
Yesus menunjukkan belas kasihannya sebagai seseorang telah peduli dengan orang lain yang sedang dirundung kesulitan dan kesusahan. Alangkah langkanya kepedulian seperti ini di jaman serba hedonisme yang semuanya serba instan. Maka mujizat baru bisa terjadi sebagai tanda kehadiran Allah dalam kepedulian satu sama lain. Penghiburan dan pengharapan bisa timbul karenanya.Panggilan sebagai nabi yang kita terima sebagai rahmat pembaptisan, baru bisa bekerja kalau kita sungguh memiliki kepedulian dan mau mengambil tindakan yang menumbuhkan harapan bagi orang lain yang sedang kemalangan.Dibutuhkan kesabaran dan kepekaan untuk bisa menemani mereka yang sedang dirundung malang. Semoga dengan pimpinan Roh Kudus, kita semakin peka dan peduli dengan saudara-saudara disekitar kita yang dirundung kesulitan hidup.
======================================================================
Bacaan Luk 7:11-17
“Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid- Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya”