Dalam rangka perayaan 25 tahun Sekolah Evangelisasi Pribadi Shekinah, telah diselenggarakan acara Shekinah Family Day pada tanggal 13 Juli 2013 bertempat di Jakarta International Expo. Acara yang berjalan selama sehari penuh diawali dengan Talkshow dipagi hari. Siangharinya dilakukan inaugurasi ratusan alumni SEP Umum, SEP Mudika, SEP Eksekutif serta KEP dari 7 paroki. Sedangkan malam harinya ditutup dengan KRK. Selain itu sepanjang hari diselenggarakan berbagai lomba permainan anak dan pameran serta bazaar KEP bagi para pengunjung.
Tema talkshow sebagai acara pertama dalam perayaan ini adalah “Kobarkan Api Evangelisasi Keluarga” dengan nara sumber Bapak Yul Hendarto, Lisa A. Riyanto dan Sisi Idol serta romo Andang L Binawan SJ. Sedangkan saya mendapat tugas sebagai moderator acara talkshow yang dibantu Helena Rahayu sebagai MC. Tujuan yang diharapkan melalui talkshow ini, setiap alumni KEP/SEP senantiasa harus berupaya memulai evangelisasi bagi seluruh anggota keluarganya. Dengan demikian keluarga akan memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Karena tugas mendadak mas Eko Indrajit yang sedianya akan bergabung sebagai nara sumber bersama isterinya, Lisa A. Riyanto, ternyata harus bertugas ke luar negeri menunaikan tugas mendadak dari salah satu menteri. Dengan demikian dalam waktu satu minggu harus dicari pengganti. Pilihan jatuh kepada pak Yul Hendarto, pengusaha yang juga ketua perhimpunan vincentius, pengurus YUPP (yayasan umat peduli pendidikan) serta pengurus di PUKAT. TIdak ada yang kebetulan rupanya, kehadiran bapak dari dua anak dan kakek dari 7 orang yang sudah menikah selama 40 tahun mewakili generasi senior.
Sementara Lisa A Riyanto yang sudah menikah 13 tahun dengan 3 anak, lebih dikenal sebagai artis yang jauh dari gossip apalagi ia lebih memilih musik religi. Mendampingi suami yang menjadi profesor diusia muda, mantan rektor Perbanas, dosen terbang ke beberapa kampus, membuatnya mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan S1 dan S2nya. Selain merintis usaha sebagai konsultan spa, Lisa aktif dalam kegiatan sosial membantu yayasan Bakti luhur.
Dari kalangan orang muda katolik, tidak salah kalau dipilih Sisi Idol. Seorang yang gigih meniti karir, menjalani kehidupan cukup berat di masa remajanya saat ia mengandalkan suaranya untuk menafkahi keluarganya. Ia percaya bahwa Tuhan selalu melindunginya dengan menerapkan prinsip no smoking, no drugs, no free sex dan no alcohol. Walaupun tidak menjadi juara, karirnya sebagai penyanyi semakin terbuka lebar.
Pada sesi pertama, para narasumber mengisahkan peristiwa penting dalam kehidupan mereka yang menyadarkan kehadiran Tuhan dalam kehidupan keluarganya. Pak Yul justru bertemu dengan istrinya saat keduanya menjadi katekumen di Purwokerto. Kehidupan keluarga yang sederhana mendorong mereka pergi mengadu nasib untuk membangun usaha di Jakarta. Sampai sekarang dimana anak-anak sudah berkeluarga, secara rutin mereka bertemu dan saling mendukung dalam berbagai hal. Kebersamaan dibangun dan dijaga melalui ibadat bersama-sama.
Dalam membina hubungan, Lisa dan Eko justru menjadi saling mengenal satu sama lain saat mereka mengikuti ziarah ke Lourdes. Pada awalnya ajakan Eko untuk ziarah ditolak Lisa mengingat biayanya yang mahal Tetapi ternyata Lisa mendapatkan undangan sebuah group perjalanan untuk ke Lourdes. Maka Ekopuns egera ikut mendaftar di rombongan yang sama. Sebagai praktisi di bidang IT, Eko sangat percaya bahwa peran orangtua justru menentukan dalam membimbing anak-anak memasuki era digital. Anak-anak harus mendapat pengarahan dan bimbingan orang tua dalam memilih dan memilah informasi. Disamping itu teknologi informasi tidak ada yang bisa menggantikan sentuhan dan pelukan. Sehingga suasana kebersamaan selalu ditumbuhkan bagi pasangan muda ini. Mereka selalu nampak kompak hadir dalam Misa anak-anak di paroki Blok Q.
Dalam kesaksiannya, Sisi yang menghadapi pergumulan berat di masa remajanya, sempat memutuskan tidak ingin mengenal pria bahkan tidak ingin menikah. Ia sempat kecewa dengan orangtuanya yang kurang berupaya lebih keras sehingga ia harus menjadi tumpuan keluarganya. Tetapi saat ia jatuh sakit, keduaorangtuanya merawat dengan kasih. Walau tidak mampu membawa Sisi berobat ke dokter, mereka mengajak Sisi berdoa dan menumpangkan tangan mereka padanya sehari tiga kali. Kata ayahnya, itulah obat yang paling mujarab. Ajaib, dalam 4 hari Sisi yang saat itu terkena radang usus bisa pulih dan dapat kembali bekerja. Saat itulah ia mulai percaya kehadiran Tuhan melalui keluarganya. Sedikit demi sedikit ia dipulihkan dan semakin mencintai Tuhan. Puncaknya ia bersama keluarganya memutuskan mengikuti KEP di paroki Jagakarsa. Semenjak itu kehidupan iman keluarga sungguh berbeda. Mereka semakin sering berkumpul dan berbagi pengalaman iman dan saling mendoakan.
Sesi kedua adalah bagian Romo Andang, yang menegaskan bagaimana para nara sumber telah menunjukkan kesetiaannya dalam menciptakan kebahagiaan. Romo mengingatkan pentingnya menghargai pribadi-pribadi didalam keluarga. Oleh karenanya seing terjadi perbedaan persepsi tentang kebahagiaan. Ada yang merasa saya ‘tidak’ bahagia, lalu pergi meninggalkan keluarganya. Tetapi ada juga yang memilih mengatakan saya ‘belum’ bahagia sekarang, tetapi saya berupaya meraih dan membangun kebahagiaan itu. Disinilah dituntut kemampuan setiap orang untuk saling memberi ‘waktu’, memberi ruang pertumbuhan bagi setiap pribadi dalam keluarga. Setiap anggota keluarga harus menunjukkan upayanya naik peringkat ke jenjang lebih tinggi; itulah yang disebutnya keluarga adalah sekolah cinta. Ada ujian bagi setiap kenaikan tingkat. Dibutuhkan upaya dan kesabaran untuk naik tingkat yang lebih tinggi. Semoga kita semua bertahan dan selalu ingin menjadi lebih baik lagi dalam saling mencintai satu sama lain.
Masing-masing dari kita tidak pernah punya pengalaman dalam berkeluarga, tetapi kita diajak untuk senantiasa berupaya saling menghargai, memberi ‘ruang’ dan ‘waktu’ untuk perkembangan masing-masing pribadi dalam keluarga. Dengan demikian ap evangelisadi dan semangat cinta yang ada bisa selalu dikobarkan ditengah keluarga, dan menjadi kesaksian hidup ditengah masyarakat.
July 24, 2013 at 11:53 pm
Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan pertama dan terutama bagi anak. Pendidikan di keluarga bertujuan agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal dan rohani. Tujuan lain ialah membantu sekolah/lembaga kursus dalam mengembangkan pribadi anak didiknya. Yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi dan kakak. Namun yang terpenting adalah ayah dan ibu.
August 3, 2013 at 6:50 pm
REPUBLIKA.CO.ID, Psikolog keluarga Elly Risman menyarankan agar anak mendapatkan keterampilan untuk `hidup’. ”Orang tua penting mendidik anaknya agar tidak keluar dari fitrahnya sebagai manusia,” tambahnya.