Demikian pula dengan yang terjadi saat mengikuti Yesus. Semua saling berlomba untuk menjadi yang paling utama, menjadi nomer satu dan terdepan. Para murid yang menginginkan Yesus menjadi raja orang Israel tentu juga dengan harapan mendapatkan tempat istimewa di sisi kanan kiriNya. Demikian pula seorang kaya yang mendekati Yesus, ia menunjukkan apa saja yang telah diperbuatnya. Tentu saja dengan harapan Ia akan mendapatkan pujian didepan banyak orang. Tetapi Yesus tahu motivasi yang tersembunyi didalam hatinya. Kekayaannya justru yang mengikat hatinya mendekat kepada Tuhan.
Kita juga mirip dengan para pejabat dan si orang kaya ini. Ingin terlihat jagoan dan maunya berada di paling depan barisan dibandingkan yang lain. Tentunya dengan harapan terlihat paling suci dan paling baik diantara yang lainnya. Tetapi Tuhan tahu isi hati kita yang terdalam, apakah motivasi kita sungguh tulus dalam mengikuti Dia. Atau kita hanya mau ikut Tuhan agar mendapatkan berkat harta jasmani, kesehatan. Begitu sembuh dan sudah dapat pekerjaan sudah lupa lagi, sehingga diam-diam kita tersingkir menjadi paling belakang.
Injil hari ini mengingatkan kita pentingnya menjaga ketulusan hati. Sungguhkah kita mau mengikuti Kristus dengan kesadaran dan ucapan syukur karena sudah ditebus dari dosa maut? Ia sudah berkorban demi keselamatan kita, apakah yang telah kita berikan kepadaNya? Kelekatan harta bahkan kelekatan dengan keluarga bisa menjadi penghalang utama. Mereka yang karena mencintai Kristus berani menyerahkan kehidupannya bahkan meninggalkan keluarga dan sanak saudaranya, justru akan mendapatkannya berlipatkali ganda.
Apa yang dialami rakyat Jakarta yang sedang bulan madu dengan gubernur dan wagub barunya, seharusnya bukan yang istimewa. Mereka berdua merupakan contoh hidup bagaimana menjadi pemimpin yang merakyat, ojo dumeh, ora kagetan. Gak mentang-mentang jadi pemimpin lalu arogan. Juga tidak kagetan, tetap mawas diri dengan segala godaan dan jebakan disekitarnya. Maklum dengan posisi DKI-1 & DKI-2 anggarannya luar biasa guede bahkan terbesar tingkat nasional. Menjadi istimewa karena sosok pemimpin seperti mereka berdua merupakan ‘barang langka’ sejak puluhan tahun terakhir ini. Mari kita doakan agar mereka berdua diberi umur panjang dan juga menularkan semangat kepemimpinan yang merakyat di daerah lain.
Maka marilah kita belajar untuk melepaskan diri dari kelekatan akan uang, akan posisi dan kehormatan. Tidak perlu menjadi yang terdepan agar terlihat orang, agar diumumkan namanya, agar dikenal orang. Kita harus senantiasa menempatkan diri sebagai perangkat yang diciptakan Tuhan untuk menjadi alat KerajaanNya. Kita sedang ditempa, kita sedang diubahkan agar semakin berguna dan bermanfaat. Tanpa Kristus kita tidak ada artinya. Menjadi pengikut Kristus yang setia dimulai dari kerendahan hati dan ketulusan, selebihnya Tuhan sendiri akan memimpin dan menempatkan kita sesuai tugas yang diberikanNya kepada kita.
“ Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”