“Tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Kita sering terpesona dengan penampilan para selebriti dan orang-orang ternama yang muncul di berbagai media. Kelihatannya kehidupannya mewah dan gemerlap, dimana-mana disorot media dan dikenali publik dimanapun mereka berada. Demikian pula para atlit ternama semakin tenar dengan menjadi bintang iklan yang terus menambah celengan mereka.
Tapi kalau mengikuti kehidupan mereka yang kelihatannya di posisi puncak, semua itu tidak didapat dalam semalam. Kita bisa melihat bahwa segala pencapaian yang mereka terima adalah hasil kerja keras sekian lama. Mereka jatuh bangun berkali-kali, sempat ditolak dimana-mana bahkan dibalik kesuksesan mereka ada air mata dan pernah kesepian tanpa teman karena tidak punya uang. Wajar kalau tidak banyak orang bertahan meniti tangga karir mencapai kesuksesan.
Mengikuti bacaan Injil hari ini, mungkin orang-orang berpikir dua kali untuk menjadi pengikut Yesus yang saat itu banyak dicari orang dimana-mana. Mereka terpukau dengan berbagai hal yang dilakukan Yesus, senantiasa dielukan orang banyak dan pergi dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi setelah Yesus mengatakan, bahwa mengikutiNya berarti harus siap sedia setiap saat, bahkan bisa kekurangan waktu tidak sempat istirahat, tidak sempat berleha-leha, maka orang-orang berpikir dua kali.
Seorang lain menimbang-nimbang untuk lebih mengutamakan penguburan ayahnya, karena kalau tidak hadir disana maka ia kehilangan hak warisan. Ia mengutamakan kenyamanan dan hak atas harta dunia daripada mengikut Yesus. Sedangkan yang lain bimbang dan ragu untuk mengikuti Yesus, ia seolah-olah minta doa restu keluarga padahal ia sendiri sedang ragu apakah bila mengikuti Yesus kehidupannya bisa menjadi lebih baik daripada tinggal bersama keluarga yang sudah pasti akan memberinya jaminan kehidupan.
Bukankah hal ini juga kita alami saat diminta untuk mengikuti Yesus melayani orang lain? Terlalu sibuk tidak ada waktu, tidak sempat karena urus ini dan itu. Pada dasarnya kita tidak menempatkan Yesus sebagai nomor 1. Kita memang tidak diminta untuk menjadi seorang full timer, seperti para hamba Tuhan. Tetapi sebagai pengikut Kristus kita diminta untuk menomorsatukan Tuhan sebagai pegangan hidup – mengikutiNya dengan sepenuh hati – Full Heart. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu (Mat 22:37).
Kita perlu menempatkan Tuhan Allah kita sebagai pedoman hidup yang akan membimbing dan mengarahkan kita untuk kembali kepadaNya. Segala kekhawatiran tentang hal duniawi tidak ada artinya di kolong langit ini. Semoga kita berani mengambil sikap untuk senantiasa full heart mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal budi. Orang lain akan melihat apakah tingkah laku dan perkataan kita merupakan perwujudan akan cinta kita akan Tuhan Allah. Kalau kita belum bisa melakukannya, jangan-jangan kita salah jurusan sehingga kita harus berbalik arah agar layak masuk Kerajaan Allah.
============================================================
Bacaan Injil Luk 9:57-62
“ Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”