Sel-sel yang menjadi aktif dan ganas itu seperti sel yang ‘marah’ akibat dari pikiran-pikiran yang ditimbulkan. Misalnya seseorang memiliki kemarahan yang luar biasa kepada orang tuanya atau anaknya, ia bisa memendamnya bertahun-tahun. Kemana-mana ia ceritakan kemarahannya. Selain disimpan dalam hati juga di siarkan ke banyak orang. Kemarahan akibat tidak bertemu sang sumber kemarahan malah menjadikannya menderita luka batin yang dalam. Begitu dalamnya kemarahan itu sehingga mempengaruhi metabolisme pertumbuhan sel-sel tubuh tertentu. Itu sih kata seorang ahli kanker, sayang saya gak simpan tulisannya.
Tapi memang dalam beberapa kasus yang terjadi di Pusat Konseling dan Pelayanan Psikologi Shekinah, sering dijumpai mereka yang menderita penyakit parah umumnya memiliki kesulitan untuk mengampuni orang lain yang menyakiti hatinya. Dibutuhkan proses yang panjang dan lama tentunya disertai doa, agar bisa mengampuni. Kebencian pada musuh-musuh inilah yang diubahkan untuk bisa memberikan pengampunan, mulai mendoakan mereka dan akhirnya hati mereka justru bisa sembuh dan didamaikan… padahal belum ketemu ‘sang musuh’. Tuliskanlah nama mereka dalam daftar pokok doa harian, tetap mencoba menyapa dan tersenyum setiap kali berjumpa. Katakan padanya “Tuhan mengasihimu, saya juga”. Tidak hanya dipendam dalam hati, tapi juga harus dipraktekkan dan ditunjukkan. Sulit? Memang tidak mudah, tapi itulah terapi yang juga diperlukan bagi jiwa kita untuk bisa belajar mengampuni dan mencintainya.
Injil hari ini mengingatkan kita, mencintai musuh yang telah menyakiti hati kita, justru diperlukan bukan untuk semata-mata sang musuh itu sendiri. Tapi justru untuk kita yang diliputi kesakitan, kemarahan bahkan sampai menderita luka batin yang parah. Salah satu sumber kesembuhan adalah Sakramen Ekaristi. Setiap saat sebelum kita menerima Tubuh Kristus kita berkata “Ya Tuhan, bersabdalah saja maka saya akan sembuh !” Betul kah? Sadarkah kita bahwa kita perlu kesembuhan dari kemarahan, perlu kesembuhan untuk bisa mengampuni orang lain, dan akhirnya bisa mendoakan dan mengasihi musuh kita?
Kalau kita hanya mencintai dan menyayangi teman-teman kita yang baik dan penuh perhatian, rasanya Kristus tidak perlu berkorban di kayu salib. Bahkan orang-orang yang tidak beragama pun melakukannya. Sesama napi di penjara dan penjahat sekalipun juga punya rasa setia kawan yang amat sangat kuat. Tapi masalah mencintai musuh apalagi memberi pengampunan, hanya bisa dilakukan dengan kasih. Dan kalaupun kita sulit sekali melakukannya, marilah kita mohon dari sumber kasih itu sendiri, Sang Juru Selamat. Semoga kita juga tidak menjadi sumber luka batin dengan saling melukai satu sama lain terutama orang-orang yang sangat mengasihi kita. Hanya orang-orang yang sudah sembuh hatinyalah yang bisa menyembuhkan orang lain juga.
”Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.