“Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”
Kalau melihat perilaku para pengendara motor di semrawutnya lalulintas Jakarta semakin hari semakin menjengkelkan. Menyerobot trotoar dan masuk jalur bus way sudah biasa, menyerobot dari kanan jalur mobil membuat jantung kita deg-degan. Apalagi kalau sudah di perempatan jalan para pemotor ini seolah takut tidak kebagian lampu hijau sehingga berupaya berada paling depan. Dalam sekejap saja mereka bisa memenuhi bagian depan batas jalur berhenti bahkan bisa menyorong sampai ke tengah perempatan. Nanti tiba-tiba ada saja yang melesat mencuri-curi kesempatan memotong jalan, tidak sabar menunggu lampu berganti hijau. Itulah aslinya karakter manusia, tidak mau kalah dari yang lain.
Demikian pula dengan yang terjadi saat mengikuti Yesus. Semua saling berlomba untuk menjadi yang paling utama, menjadi nomer satu dan terdepan. Para murid yang engharapkan Yesus menjadi raja orang Israel tentu juga dengan harapan mendapatkan tempat istimewa di sisi kanan kiriNya. Demikian pula seorang kaya yang mendekati Yesus, ia menunjukkan apa saja yang telah diperbuatnya. Tentu saja dengan harapan Ia akan mendapatkan pujian didepan banyak orang. Tetapi Yesus tahu motivasi yang tersembunyi didalam hatinya. Kekayaannya justru yang mengikat hatinya mendekat kepada Tuhan.
Kita juga mirip dengan para pemotor dan si orang kaya ini. Ingin terlihat jagoan berada di paling depan barisan dibandingkan yang lain. Tentunya dengan harapan terlihat paling suci dan paling baik diantara yang lainnya. Tetapi Tuhan tahu isi hati kita terdalam apakah motivasi kita sungguh tulus dalam mengikuti Dia. Atau kita hanya mau ikut Tuhan agar mendapatkan berkat harta jasmani, kesehatan. Begitu sembuh dan sudah dapat pekerjaan sudah lupa lagi, sehingga diam-diam kita tersingkir menjadi paling belakang.
Injil hari ini mengingatkan kita pentingnya menjaga ketulusan hati. Sungguhkah kita mau mengikuti Kristus dengan kesadaran dan ucapan syukur karena sudah ditebus dari dosa maut? Ia sudah berkorban demi keselamatan kita, apakah yang telah kita berikan kepadaNya? Kelekatan harta bahkan kelekatan dengan keluarga bisa menjadi penghalang utama. Mereka yang karena mencintai Kristus berani menyerahkan kehidupannya bahkan meninggalkan keluarga dan sanak saudaranya, justru akan mendapatkannya berlipatkali ganda.
Para orangtua yang mengijinkan anak-anaknya menjadi selibater dapat merasakan bagaimana Tuhan menggantikan anaknya. Kita dapat ikut menyaksikan besarnya perhatian umat dan komunitas para selibater bila ada anggota keluarga mereka ada yang sakit ataupun meninggal. Tidak henti-hentinya perhatian diberikan dari berbagai macam orang yang sebelumnya tidak mereka kenal. Sukacita ini tidak dapat digantikan dengan uang selain pengucapan syukur semata.
Uang memang dibutuhkan, tetapi bukan segalanya. Maka marilah kita belajar untuk melepaskan diri dari kelekatan akan uang, akan posisi dan kehormatan. Tidak perlu menjadi yang terdepan agar terlihat orang, agar diumumkan namanya, agar dikenal orang. Menjadi pengikut Kristus yang setia dimulai dari kerendahan hati dan ketulusan, selebihnya Tuhan sendiri akan memimpin dan menempatkan kita sesuai tugas yang diberikanNya kepada kita.
===========================================================================================
Bacaan Injil Matius (19:23-30)