Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala
Hari ini Kompas mengisahkan beberapa sekolah dan komunitas yang secara khusus mengajarkan anak di usia dini untuk peduli satu sama lain, terutama sekali menghargai adanya perbedaan. Dalam suasana bermain anak-anak diajak memahami adanya perbedaan suku, perbedaan agama termasuk juga adanya menerima dan bergaul dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Herannya anak-anak berkebutuhan khusus justru bisa tumbuh dan mudah beradaptasi bila berkumpul dengan anak-anak normal dibandingkan di sekolah khusus. Perasaan diterima dengan segala keberadaan menumbuhkan kebersamaan, menumbuhkan pengertian dan akhirnya memudahkan dialog.
Kejadian yang baru dialami melalui Pilkada DKI putaran pertama menunjukkan bagaimana rakyat membutuhkan pemimpin yang bisa memahami dan mendengarkan kebutuhan mereka. Pemimpin yang bukan tinggal di kursi empuknya, tetapi juga melihat dari dekat apa yang dialami rakyat serta mencari solusinya. Pemimpin yang tidak bisa duduk diam melihat banyak hal yang belum membuat rakyatnya kenyang dan tersenyum.
Manakala kita memandang orang lain lebih rendah, lebih bodoh, maka kita akan sulit sekali memahami kebutuhan orang lain apalagi bila datang minta tolong. Yang ada kita menolongpun dengan perasaan terpaksa, mungkinmerasa terusik bahkan terganggu dengan keberadaan orang-orang yang lemah, lebih miskin dan kurang mampu. Inilah yang ditunjukkan Yesus saat melihat orang banyak tetap menunggu Yesus. Saat itu Yesus sedang sangat berduka mendengar kematian Yohanes Pembaptis yang tragis. Iapun lelah karena pelayanan sepanjang hari, bahkan tidak sempat makan. Oleh karenanya Ia perlu waktu sejenak untuk menenangkan diri.
Tetapi Ia tidak bisa berlama-lama, mendengar banyak orang menunggunya Yesus segera menemui mereka dan mengajar mereka. Hatinya tergerak melihat sekian banyak orang dengan sabar mereka mencari posisi strategis agar bisa mendengarkan Yesus. Mungkin ada yang sudah berjam-jam menunggu, tidak beranjak karena takut kaplingnya diambil orang lain. Yesus tergerak melihat orang-orang membawa orang sakit mengharapkan pertolongan dariNya. Ia tidak dapat istirahat dan makan dengan tenang selama orang-orang itu juga belum terlayani. Kita tahu kemudian kisah ini berlanjut dengan mujizat pelipatgandaan roti, sekali lagi karena Yesus tergerak untuk memberi mereka makan saat melihat mereka kelaparan.
Kemana para pemimpin dan pengajar yang seharusnya mendidik dan mengajarkan orang-orang ini? Mereka terlihat kebingungan, mereka seperti tidak tahu harus berbuat apa melihat kerabatnya menderita sakit. Akhirnya Yesus lah tumpuan harapan mereka, kesanalah mereka membawa segala masalah yang ada. Kita perlu belajar memiliki hati seperti Kristus, hati yang mudah tersentuh dengan berbagai hal yang dialami dan dihadapi mereka disekitar kita, terutama yang lemah, miskin dan memiliki banyak keterbatasan. Kita mungkin tidak memiliki berbagai solusi untuk semua orang. Tetapi paling tidak dengan perhatian dan waktu yang dicurahkan, ditambah dengan jaringan yang kita miliki, Roh Kudus dapat memakai tangan, kaki bahkan apapun yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Rupanya di jaman Yesus sulit juga menemukan pemimpin rakyat, pemuka umat dan pengajar yang memiliki hati yang mudah tergerak. Sekarang pun kita punya keadaan yang serupa. Kesibukan sehari-hari membuat kita menutup mata dan telinga sehingga tidak menyadari banyaknya orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita, sapaan kita dan pelukan kasih. Semoga kita semakin peka dan peduli dengan setiap orang yang Tuhan ijinkan kita jumpai.
===========================================================================================
Bacaan Injil Mrk 6:30-34
Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.