Milan, 19 April 2012.
Paus: Gereja tidak boleh takut terhadap penganiayaan, karena percaya pada pertolongan Allah. Allah hadir dalam hidup kita, bahkan di saat-saat sulit dan segalanya bahkan hal-hal yang tidak dapat dipahami adalah bagian dari rencana kasihNya.
Dalam katekese audiensi umum pada hari Rabu kemarin, Paus Benediktus XVI kembali menekankan pentingnya doa, dengan fokus pada “Pentakosta kecil,” diceritakan dalam Kisah Para Rasul. Sebuah episode yang dikatakan Paus menunjukkan jalan untuk diikuti dalam hidup kita. “Seperti komunitas Kristen pertama”, dengan membiarkan diri kita diterangi oleh firman Allah, kita juga dapat belajar melihat bahwa Allah hadir dalam hidup kita, bahkan di saat sulit sekalipun, dan bahwa segala sesuatu, bahkan hal-hal tidak bisa dimengerti, adalah bagian dari sebuah rencana kasihNya.
Dari sekitar 25 ribu orang yang menghadiri Audiensi dalam beberapa bahasa – dan bahkan dengan iringan musik – itu, datang berbagai ucapan selamat kepada Paus untuk ulang tahunnya yang ke-85 dan perayaan ketujuh masa kepausannya yang jatuh pada hari ini, 19 April. Paus Benediktus XVI mengucapkan terima kasih dan memohon doa umat agar “selalu dapat terus setia dalam pelayanan saya kepada Kristus dan Gereja.”
Dalam katekese tersebut, Paus terinspirasi oleh kisah Petrus dan Yohanes yang dipenjara karena mengumumkan kebangkitan Yesus dan setelah mukjizat penyembuhan orang lumpuh dibebaskan dan menyampaikan kepada para rasul lain tentang apa yang terjadi. Dan “semua dengan suara bulat mengangkat suara mereka berdoa bersama memuliakan Allah.”
“Dalam menghadapi bahaya, kesulitan, ancaman, komunitas Kristen pertama tidak mencoba untuk melakukan analisis, atau strategi tentang cara mempertahankan diri, atau tindakan apa yang harus diambil, tetapi menempatkan diri mereka dalam doa. Sebuah doa bulat dan bersatu. Dan ini sesuatu yang harus selalu menjadi dasar bagi Gereja. Komunitas ini tidak takut dan tidak terpecah. Ini adalah mukjizat pertama yang terjadi ketika orang percaya diuji karena iman mereka. “Persatuan itu memperkuat”.
“Seperti komunitas Kristen pertama – kata Paus Benediktus XVI mengakhiri – doa membantu kita untuk melihat sejarah pribadi dan kolektif dalam perspektif yang lebih tepat dan beriman kepada Tuhan. Dan kita juga ingin memperbaharui permohonan karunia Roh Kudus, yang menghangatkan hati dan mencerahkan pikiran, untuk mengenali bagaimana Tuhan menjawab doa-doa kita sesuai dengan kehendakNya untuk mencintai dan bukan sesuai dengan ide kita.
Dengan dipimpin oleh Roh Yesus Kristus, kita akan dapat hidup dengan tenang, dengan berani dan sukacita dalam setiap situasi hidup. Dan bersama St Paulus kita dapat menang dalam penderitaan kita, mengetahui bahwa kesengsaraan membawa kesabaran, kesabaran membawa kebajikan yang teruji dan akhirnya membawa pengharapan: sebuah pengharapan yang tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita melalui Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
(Oleh: Shirley Hadisandjaja Mandelli dari sumber Avvenire).