“Setiap orang yang mau mengikuti Aku harus memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku”
Bagi mereka yang telah mengambil keputusan untuk menikah maupun selibat, dengan sadar menyatakan dirinya untuk tetap setia dalam berbagai situasi sampai akhir hidup. Demikian juga kita yang mengambil keputusan menjadi pengikut Kristus juga perlu membuktikan diri untuk tetap setia. Setia pada ajaranNya, setia sebagai tanda kita mengasihiNya.
Beberapa teman yang cukup dekat sering bertanya apa betul pernikahan kaolik tidak mengenal perceraian, tentu saja saya katakan betul. Dan selalu muncul pertanyaan berikutnya, bagaimana kalau pasangannya tidak setia? Saya selalu menjelaskan bahwa perkawinan katolik disebut sakramen, tanda kehadiran Tuhan pada saat kedua orang ‘saling’ menerimakan sakramen. Artinya saling menyatakan akan setia sebagai pasangan, dan karenanya memohon kehadiran Allah sendiri. Sehingga keduanya harus saling mengupayakan memelihara dan menjaga kesetiaan dan kepercayaan satu sama lain dalam untung dan malang, dalam susah dan senang.
Pernikahan katolik bukan sebuah perjanjian (akad) yang dilakukan dengan berbagai kondisi ‘kalau’…Kalau begini maka saya akan ….Jadi bilamana salah satu tidak memenuhi janjinya, maka akad tersebut bisa dibatalkan. Pernikahan katolik adalah pernyataan dua orang yang sepakat untuk setia satu sama lain dalam untung dan malang, dalam suka dan duka – suatu pernyataan untuk mencintai tanpa syarat.
Demikian pula dengan pernyataan untuk selibat, menyerahkan diri seutuhnya untuk melayani Tuhan Sang Pencipta. Keduanya sama sulitnya, malah mungkin saya rasa keputusan untuk menikah lebih sulit karena tergantung dari dua orang, sedangkan selibat adalah keputusan satu orang. Walaupun demikian bagaimanapun sulitnya keadaan, Allah Tritunggal tetap menyertai. Ia Allah yang setia, dari dulu, sekarang dan selamanya.
Kembali ke pertanyaan diatas, bagaimana kalau salah seorang tidak setia? Pertanyaan tersebut sering saya balas dengan kembali bertanya, bagaimana kalau kita sendiri menajdi pihak yang tidak setia? Kalau Allah hadir dalam kehidupan kedua pasutri ini, Ia senantiasa menguatkan yang satu dan mengirimkan penolong bagi yang sedang khilaf. Namanya juga manusia, adakalanya bisa salah, tetapi bisa juga bertobat karena rahmat Allah. Allahpun akan memberi kekuatan kepada kita untuk bisa mengampuni yang bersalah seperti dalam doa Bapa Kami.
Mari kita belajar setia dari Yesus Sang Juru Selamat, yang setia sejak awal, sejak dicobai di padang gurun sampai saat sengsara dan wafat di kayu salib; sehingga dengan kebangkitanNya Ia menuntaskannya sebagai Jalan Keselamatan bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Setia merupakan hasil latihan dari waktu ke waktu untuk menjalankan komitmen, menolak berbagai hal yang tidak sejalan dengan komitmen kita, termasuk mengutamakan kepentingan sendiri, mendahulukan orang lain dan senantiasa menolong seperti Kristus sendiri. Setia seumur hidup dimulai dari belajar setia dari jam ke jam, hari ke hari hingga tanpa terasa puluhan tahun berjalan. Paling tidak kita bisa belajar setia dari para santo dan santa yang namanya memang dicantumkan dalam nama kita sendiri oleh orang tua kita sebagai pelindung kita.
Yesus Kristus telah terbukti setia sampai mati, sementara kita masih harus membuktikan kesetiaan kita kepadaNya sampai ajal menjemput. Semoga masa prapaskah ini kita belajar lagi untuk setia dari waktu ke waktu. Kita belajar dari jam ke jam, hari ke hari untuk menyalibkan keinginan diri, memanggul salib kehidupan kita sebagai pengikut Kristus senantiasa. Mohon ampun atas ketidaksetiaan kita dengan berbuat dosa yang menyakiti hati Allah, mohon ampun karena kurang memperhatikan sekitar kita dan menolong banyak orang yang berkekurangan. Kita tidak lagi setia sewaktu-waktu, setia hanya pada saat susah dan malang saja.
========================================================================================================================
Bacaan Injil Luk 9:22-25
“Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri”