Sekarang ini anda mungkin melihat orang-orang dalam bus atau kereta bawah tanah atau sedang menunggu di sebelah mesin fotocopy dengan tanda hitam di dahi mereka. Seperti melihat seseorang yang bermeditasi di terminal bandara atau ruang tunggu, anda mengenali mereka sebagai teman seperjalanan dalam perjalanan rohani, bukan hanya sekedar orang asing yang lewat di malam hari. Tanda tersebut bukanlah suatu tanda rahasia atau tanda kelompok khusus tetapi hanya sedikit saja orang yang memahaminya.
Kita menerima abu untuk mengingatkan kita supaya tidak membuang-buang waktu. “Ingatlah, engkau hanyalah debu dan akan kembali menjadi debu. Bertobatlah dan percayalah pada Injil.”
Kedengarannya memang aneh, kata-kata yang diucapkan saat abu diberikan tersebut memberi rasa lega dan harapan karena kata-kata tersebut mengingatkan kita akan suatu kebenaran yang begitu mudah dilupakan, kebenaran yang tidak enak untuk didengar oleh budaya penyangkalan kita. Kita banyak menelan gambaran kematian dan kekerasan sebagai hiburan tetapi hal yang nyata kita singkirkan seperti sampah. Tradisi spiritual mengajarkan kita bahwa kewaspadaan akan kematian meningkatkan kejelasan perbedaan hidup dan kemampuan kita untuk menghidupinya secara penuh. Debu di dahi mengingatkan kita bahwa satu-satunya jalan untuk hidup sebenarnya adalah hidup pada saat kini. Tidak ada waktu sementara, masa lampau dan masa akan datang, yang hilang atau disia-siakan saat kita mengalaminya di masa sekarang.
Bertepatan dengan dimulainya masa Prapaskah pada hari ini, inilah kesempatan – untuk berkomitmen kembali dan memperbaharui diri kita sebagai makhluk spiritual dalam perjalanan manusia. Jika anda tidak dapat mendapat abu, buatlah tanda salib di dahi anda sendiri atau mintalah teman untuk melakukannya, ulangilah kata-kata yang dirancang untuk membangkitkan kita. Jika anda bermeditasi, perbaharuilah komitmen anda pada periode hening dan diam pada pagi dan petang hari. Jika anda mulai dan berhenti, mulailah lagi. Jika anda belum memulainya, jangan buang-buang waktu.
Laurence Freeman OSB
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6: 16-18)