“Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”
Keluar Zona Nyaman
February 1, 2012 | 0 comments
“Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri:”
Zona nyaman atau comfort zone adalah suatu keadaan dimana membuat kita nyaman, tidak terancam, menyenangkan karena kita sudah terbiasa dan bisa mengenali situasi dan kondisi disekitar kita. Zona nyaman bisa berarti keadaan keluarga kita yang baik-baik saja, pekerjaan yang menyenangkan dan dikelilingi orang-orang yang sudah kita kenal. Saking nyamannya dimana kita terbiasa dengan ritme yang sama, bisa jadi sudah menjadi ritual kehidupan kita.
Walaupun kelihatannya nyaman, terjebak zona nyaman justru bisa membahayakan kita karena membuat kita kurang peka dan peduli dengan perubahan yang terjadi. Seperti ilustrasi ‘boiling frog’ dimana seekor katak akan berontak bila dimasukkan kedalam panci dengan air mendidih. Tetapi bila ia dimasukkan kedalam air dengan suhu ruang dan diletakkan di atas kompor, ia akan menikmatinya. Tidak menyadari bahwa diam-diam suhu air menjadi hangat karena dipanaskan. Dan saat ia menyadari air sudah panas, ia terlambat untuk melompat karena merasa aman dengan ‘kehangatan’ yang dialaminya.
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa menjadi murid Kristus, pasti akan bergerakdari satu tempat ke tempat lain. Kita akan berjalan mengikuti rencana Tuhan dari satu titik ke titik lain. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga kemungkinan besar perilaku kitapun diubah menjadi lebih baik lebih sempurna. Untuk itu dituntut kerendahan hati agar dapat diberntuk sesuai dengan “image of God” melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dengan berjalannya waktu, kita tidak menyadari bahwa kitapun sudah menjadi orang yang berbeda dibandingkan saat belum mengenal Kristus lebih dekat lagi.
Kita bisa menjadi orang yang berbeda dibandingkan 10-20 tahun lalu. Tentu itu semua karena campur tangan Tuhan dan kerendahan hati kituntuk dibentuk dan disempurnakan. Kita bisa memiliki kebiasaan dan perilaku baru yang berbeda dari manusia lama kita. Orang yang tadinya dikenal bengal tukang berkelahi, bisa diubahkan Tuhan menjadi lembut dan murah hati.
Maka bila dikatakan seorang nabi yang sungguh mengenal sabda Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendakNya, tentu punya masa lalu yang jauh dari ideal. Orang-orang hanya mengenali kehidupan masa lalu, tetapi tidak mengetahui proses perkembangan spiritual yang dialami bersama Tuhan. Tidak heran uumnya orang sulit menerima perubahan. Bisa juga karena iri hati, melihat ketenaran orang yang dulu bukan siapa-siapa, sekarang menajdi tersohor.
Sebagai murid Kristus, kita tetap harus waspada dan senantiasa hidup dengan ‘alert mode’ – dengan berjaga-jaga. Bersiap mendapat tugas baru, bersiap untuk disempurnakan senantiasa. Sehingga bila orang mendakwa kita dengan kehidupan lama kita, kita tidak goyah dan memang kita sudah tinggalkan kehidupan lama tersebut karena kita ingin mengikuti pola dan jalan hidup yang diajarkan Kristus.
Saya sering juga mengalami kesulitan mewartakan kasih Kristus dan bersaksi kepada teman-teman yang saya kenal saat muda dulu. Mereka masih menganggap saya memiliki kebiasaan lama. Walaupun demikian, kondisi ini tidak membuat saya berhenti melakukan apa yang menjadi misi perutusan saya. Mari bersiap untuk meninggalkan zona nyaman saat kita mulai merasa nyaman. Karena pasti ada tugas yang lebih besar yang akan diberikan Tuhan kepada kita. Hanya dibutuhkan kerendahan hati untuk berserah agar Tuhan berkarya dalam kehidupan kita, membawa kita meninggalkan zona nyaman untuk pergi mewartakan Kabar Baik ketempat=tempat yang telah ditentukan bagi kita.
===========================================================================================
Bacaan Injil Mrk 6:1-6