Beberapa Tahun Lalu saya mengikuti Perpisahan dengan seorang Romo yang Tampan, Homilinya bagus dan Pandai menyanyi, komplet deh pokoknya, beliau akan sekolah lagi ke Jerman, disitu sebagai perwakilan Kaum Muda diminta mengucapkan sedikit kesan dan pesan buat Sang Romo,
Saya berkata kepada Beliau, bahwa kami sangat kehilangan beliau, namun kami juga turut mendoakan agar studinya Sukses, disamping itu saya katakan kepada beliau ” Seorang Romo yang tetap menjadi Romo ketika dia sudah meninggal adalah Seorang Manusia Super, karena bisa mempertahankan Sumpah Imamatnya sampai liang kubur, padahal Godaan sebagai seorang romo sangat berat, apalagi Seperti romo yang Ganteng, Homilinya bagus dan suaranya juga bagus, tapi saya dan semua umat di lingkungan pasti mendoakan Romo untuk mencapai hal itu.” Beliau tertawa lepas mendengar itu semua, begitu juga umat yang lain.
Tidak berapa lama sebelum itu ketika saya Beberapa bulan sebelum melakukan Lamaran ke rumah calon istri saya merasakan suatu dorongan atau seperti panggilan untuk menjadi seorang Imam ” Wahhh gawat betul nih pikir saya, tapi selama beberapa hari hal itu aja yang ada di kepala saya” akhirnya saya konsultasi ke romo paroki ( si romo ganteng tadi ) dan juga Calon Istri saya yang menangis mendengar hal itu. Akhirnya saya cuti seminggu dengan izin dari Calon istri dan saran dari Romo tersebut saya melakukan Live In di Berthinianum Salatiga Tempat Para Novisiat MSF digembleng, dengan semangat yang berkobar2 saya ke salatiga dengan bis dan sampai disana jam 3 pagi.
Hari Pertama : Saya diterima Romo Rektor untuk ngobrol sebentar lalu ditempatkan di seminarisnya……,saya diberi jadwal harian….. wahhh padet bener dengan nuansa Doa dan keterampilan, dan yang paling berat buat saya waktu itu adalah menu makananannya hehhehe, pertama kali saya makan Kangkung rebus dengan lauk yang terbatas, padahal saya kalo makan seperti ngamuk lauknya harus banyak.
Mereka tidak boleh pegang uang, pacaran apalagi walaupun ada beberapa novisiat yang curi2 waktu, namun kehidupan seperti itu yang berulang2 pada masa pendidikan calon iman membuat volume keyakinan untuk jadi seorang imam naik turun, sampai akhirnya hari terakhir saya di wawancara oleh Romo Rektor, dengan pertanyaan mudah namun menentukan, Beliau Bertanya pada Saya, Apakah Kamu Bosanan Orangnya ? Tidak Jawab saya,
OK coba ceritain jalan Hidup kamu dari SMA sampe sekarang.?
saya ceritakan dari A-Z ….lalu beliau berbicara. Panggilan Tuhan itu bukan cuma menjadi Imam, bruder, suster, berkeluarga juga merupakan panggilan, nahhh coba kamu renungkan lagi pengalaman hidup kamu itu dan berdoa apakah memang ini panggilan Kamu, karena kamu sedikitnya sudah merasakan bagaimana pendidikan menjadi seorang Calon Imam, namun yang terberat dari itu semua adalah ketika sudah menjadi seorang Imam dan Terjun Ke masyarakat.
Akhirnya Esoknya saya pamit pada Romo Rektor, dan semua romo yang membimbing saya juga teman2 seminaris dan novisiat yang sangat hangat menyambut saya disana dan beberapa bulan kemudian saya menikah dengan istri saya sekarang.
Saya sangat setuju Romo, Bruder, Suster juga manusia biasa yang harus kita doakan juga agar melaksanakan perannya yang sangat mulia itu sampai akhir, bukan cuma doa namun juga semangat dan motivasi bagi mereka juga. Marilah kita mendoakan mereka.
Nb : saya juga minta dukungan doa untuk anak Saya agar bisa menjadi Imam
Salam – NN