‘Aku berkata kepadamu, setiap orang yang mempunyai, ia akan diberi; tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.
Manakah yang lebih berharga didalam hidup manusia antara memiliki waktu dan memiliki uang? Ada yang mengatakan bahwa uang lebih penting. Percuma punya waktu banyak tetapi tidak punya uang. Tetapi sebaliknya kalaupun kita memiliki uang, uang tidak dapat membeli waktu. Satu hari tetap 24 jam dan satu minggu tetap 7 hari. Bahkan sekaya apapun manusia, ia tidak berdaya saat ia dipanggil Tuhan. Setiap orang sudah diberikan ‘deposito waktu’ yang tidak diketahui besarnya oleh yang bersangkutan.
Maka misteri kehidupan tetap menjadi misteri, manakala kita menghadapi saat dimana satu persatu orang yang kita kasihi berpulang. Rasanya waktu berjalan terlalu cepat dan kita merasa belum melakukan yang terbaik bagi mereka tercinta. Walhasil, kita menyesal dan mengatakan ‘kenapa saya gak nyadar ya? Kalau saja saya tahu begini saya akan….” Well… its too late. Kita tidak pernah siap menghadapi perpisahan dengan orang-orang terkasih, walaupun ybs sakitpun kita tetap berharap Tuhan memberikan umur panjang bagi mereka terkasih. Pertanyaannya apakah kita siap untuk sewaktu-waktu juga diminta ‘pulang’ dan berpisah dengan mereka yang kita kasihi ?
Hari ini kita diingatkan akan tibanya saat dimana kita harus mempertanggungjawabkan hidup kita. Kita diberikan tenggang waktu tertentu yang kitapun tidak mengetahuinya. Bisa 5 tahun lagi, bisa juga 10 tahun lagi? MAsih lama kah? waktu itu relatif. Kalau kita diminta menunggu 10 tahun rasanya pasti lama…. ah masih banyak waktu dan kita santai-santai saja. Tetapi saat kita berulang tahun entah ke 20,30 atau 40 tahun, rasanya 10 tahun terasa begitu cepat berlalu.Daaan… kita tercenung saat bertanya apa yang telah saya lakukan 10 tahun ini? Bagi keluarga? Bagi orang lain?
Perumpamaan uang mina mengajak kita merenung kembali bahwa kita sedang hitung mundur mendekati waktu yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Dan setiap orang diberikan ‘modal hidup’ berupa yang mina yang berbeda-beda. Bukan hanya untuk digunakan sendiri, bukan juga untuk keluarga sendiri, tetapi harusnya bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan rencana keselamatan Tuhan – rencana si bangsawan yang dinobatkan menjadi raja – ya Raja dari Kerajaan Allah.
Sesuai dengan Amanat Agung yang telah disampaikan Kristus kepada para muridNya.Matius 28: 19″Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus” Apakah hidup kita merupakan pewartaan kesaksian Injil melalui perbuatan dan perkataan kita? Apakah kita sudah berupaya menjadi murid Kristus dan terlibat untuk memuridkan orang-orang disekitar kita?
Kalau kita belum berupaya sungguh-sungguh, maka marilah berlomba-lomba menggunakan waktu yang tersisa, entah 3,5 atau 10 tahun lagi mengusahakan mina-mina yang telah dipercayakan kepada kita. Entah itu pekerjaan, kekayaan,kemampuan bahasa, menyanyi, menulis, berbicara untuk digunakan bagi terwujudnya Amanat Agung yang menjadi tugas wajib para pengikut Kristus.
Saya sering mendengar orang berkata ah… saya jadi orang katolik yang baik saja, setiap hari Minggu sudah cukup ke gereja. Betulkah itu cukup? Kalau kita bertahan sampai akhir Misa, kita sering mendengar pesan yang disampaikan para Imam pada saat misa Ekaristi selesai “Pergilah kita di utus”. Kata misa dari kalimat Ite Missa Est pada rumus akhir pembubaran Misa. Artinya: Pergilah, kalian diutus!. Diutus apa? Diutus untuk menebarkan kebaikan, membawa sukacita dan kasih kepada sesama melalui perbuatan baik kepada siapa saja. Kita diutus tidak hanya pada keluarga kita sendiri, komunitas kita; namun juga kepada orang-orang yang kita jumpai hari ini, kepada orang-orang yang dipercayakan Tuhan untuk kita layani paling tidak untuk kita lakukan pada seminggu berikutnya.
Marilah kita memohon rahmat Tuhan dan bimbingan Roh Kudus agar mina-mina yang telah diberikan kepada kita sungguh berguna dan dapat dilipatgandakan bagi semakin besarnya kemuliaan Tuhan. Melayani orang-orang yang kita kasihi setiap saat tetapi juga menyapa mereka yang dipercayakan Tuhan untuk kita layani. Ad Maiorem Dei Gloriam.
===========================================================================================
Bacaan Injil Lukas (19:11-28)