EVANGELISASI adalah pewartaan Kabar Baik Yesus Kristus, dan tugas untuk evangelisasi ini merupakan tugas hakiki dari Gereja. Sabda Yesus, “Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah” (Luk 4:43) berlaku juga sebenarnya untuk Gereja (Evangelii Nuntiandi, 14). Imbauan Apostolik Paus Paulus VI (8 Desember 1975) ini dengan jelas menyatakan: “Mewartakan Injil sesungguhnya merupakan rahmat dan panggilan yang khas bagi Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk mewartakan Injil” (Evangelii Nuntiandi, 14).
Kita sebagai Gereja harus mewartakan Injil (melakukan Evangelisasi) seturut perintah Kristus yang bangkit: “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:19-20).
Ini adalah Amanat Agung (Great Commission) bagi setiap insan Kristiani, yang harus dilaksanakan dan dengan penuh gairah diwujudkan, khususnya justru apabila kita diam/tinggal dalam lingkungan yang non-Kristiani. Evangelisasi bukanlah saling mencuri umat antara sesama gereja Kristus, namun dari denominasi yang berbeda-beda. Perintah Tuhan ini juga harus kita lakukan terhadap diri kita sendiri setiap hari. Evangelisasi-diri sendiri (self-evangelization) ini adalah tugas kita yang pertama. Hanya dengan cara inilah kita masing-masing dapat menjadi saksi Injil yang sejati.
Sebagai umat Kristiani yang Katolik kita juga melihat, bahwa berbagai program sosial Gereja pasca Konsili Vatikan II sangat menekankan pentingnya promosi keadilan, kemerdekaan, dan perdamaian di dalam dunia sebagai komponen-komponen evangelisasi yang fundamental tentang keselamatan dalam Yesus Kristus.
Sekarang, apa hubungannya semua ini dengan Maria, Bunda sang Penebus? Nah, dalam hal ini janganlah kita melupakan bahwa Bunda Maria adalah saksi pertama Kabar Baik Yesus Kristus (baca Luk 1:26-38), dan bahwa melalui keseluruhan hidupnya dia menjadi saksi lewat intensitas yang luarbiasa dari iman, pengharapan dan kasihnya dalam ketaatannya kepada Injil. Bagaimana kita dapat melupakan peristiwa di mana Maria hadir dekat salib Yesus di Golgota (lihat Yoh 19:25-27) dan juga ketika dia berada di tengah-tengah komunitas Kristiani pertama – yang bersama-sama dan dalam kebersatuan – berdoa dalam ruang atas di Yerusalem, menanti-nantikan kedatangan Roh Kudus? (lihat Kis 1:12-2:13).
Menutup imbauannya, Paus Paulus VI menulis: “Pada pagi Pentakosta Maria dengan doanya menyaksikan mulainya evangelisasi yang didorong oleh Roh Kudus. Semoga Maria menjadi Bintang Evangelisasi, yang selalu diperbaharui, yang harus dimajukan oleh Gereja dan dilaksanakan olehnya, karena taat pada perintah Tuhan, lebih-lebih pada masa-masa sekarang ini yang sulit tapi penuh harapan” (Evangelii Nuntiandi, 82).
Manakala kita memproklamasikan Yesus Kristus sebagai Putera Allah, bukankah kita juga memproklamasikan misteri Putera Maria menurut daging? Memproklamasikan Kabar Baik Yesus Kristus adalah juga memproklamasikan misteri Maria dan tempat/peranannya yang istimewa dalam Sejarah Penyelamatan. Lagipula, hal itu juga berarti mengedepankan Maria sebagai model istimewa iman Kristiani seturut yang diajarkan oleh sabda Allah dalam Kitab Suci. Terlebih lagi hal tersebut adalah untuk menyingkap kepenuhan makna dari Kidung Maria (Magnificat; Luk 1:46-55), yang kita baca/nyanyikan setiap kali kita mendoakan Ibadat Sore. Dalam Kidungnya ini, Maria memuliakan Allah sang Penyelamat dan Pembebas. Kidung Maria juga merupakan appeal bagi kita masing-masing untuk menjadi seorang penyembah yang penuh sukacita kepada Allah yang sangat mengasihi umat manusia secara tanpa batas. Allah yang dimuliakan oleh Maria dalam kidungnya adalah seorang promotor keadilan dan rekonsiliasi. Semoga kita pun dapat menyanyikan Kidung Maria ini sebagai sebuah kidung untuk evangelisasi ke tengah-tengah dunia!
Cilandak, 24 Oktober 2010 [HARI MINGGU EVANGELISASI]
FX Indrapraja OFS