“Berbahagialah hai kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.”
Pagi ini saya membaca pesan twitter seorang teman :”Yang nyaman belum tentu bermanfaat, Yang bermanfaat biasanya tak nyaman.” Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat memang tidak mudah, bukan hanya saat mengerjakannya yang sulit, dari sejak memulainyapun tidak nyaman. Demikian pula upaya membuat yang terbaik perlu usaha extra keras seperti yang semalam kita saksikan dalam pertandingan Timnas melawan Bahrain. Beberapa hari lalu bertanding lawan Iran kalah telak. Kemarin bermain di kandang sendiri, kalah pula, masih ditambah lagi ancaman denda dari FIFA karena adanya penonton melemparkan petasan. Membangun yang baik butuh usaha keras dan waktu yang tidak sebentar tetapi menghancurkannya hanya dibutuhkan waktu sedetik.
Demikian pula dengan doa Bapa Kami yang kita daraskan agar keadaan di bumi seperti di dalam Surga yang isinya hanya kebaikan dan sukacita….. yaolooo … susahnyee…Saat kita bermaksud untuk berbuat baik, kok ada saja yang menganggap kita mencari muka, cari nama dan perhatian. Saat kita menolak atau menghindar mengikuti saran yang ‘nyeleneh’ melanggar peraturan, sering dianggap ‘sok suci’, ada juga yang mengatakan ‘gak solider’.
Maka bisa dibayangkan bagaimana situasi para nabi jaman dulu membawakan pesan Tuhan mengajak pertobatan ditengah bangsa Yahudi yang kehidupannya jauh dari kebenaran dan tidak takut pada Tuhan. Mereka dikucilkan, diejek, tidak diperhatikan penghidupannya sehingga hidup dalam keprihatinan. Tetapi para nabi tetap setia sampai akhir dengan penuh pengharapan. Satu persatu nabi digantikan sampai kedatangan Yesus dinyatakan menggenapi nubuat-nubuat para nabi.
Sabda Bahagia yang diajarkan Yesus pada Injil hari ini mengajak kita untuk senantiasa hidup penuh pengharapan, tetap setia beriman kepada Kristus Sang Penebus serta siap menanggung segala resiko termasuk dikucilkan, disisihkan dan mungkin harus menyerahkan segala iming-iming menarik. Siap juga untuk memilih tidak populer.
Justru didalam Kristuslah kita menaruh pengharapan kita akan dunia yang bisa menjadi lebih baik. Tidak menunggu nanti saatnya kita kembali kepadaNya, tetapi justru diberi kesempatan untuk dipertemukan dengan semua orang yang masih berkehendak baik sehingga kehidupan di bumi bisa seperti didalam Surga. Saling mengasihi, saling mengampuni, saling memperhatikan satu sama lain tanpa membeda-bedakan.
Semoga kita tetap merendahkan-hati dihadapan Tuhan, merasakan ketidakberdayaan dan menjadi miskin dihadapanNya. Senantiasa lapar untuk memberitakan Kabar Baik dan lapar untuk menolong serta membantu sesama diantara kita. Pada saat seperti inilah disaat harta benda tidak lagi melekat pada diri kita, di saat kita ingin selalu melakukan banyak hal bermanfaat bagi sesama, kita bisa menemukan hakekat kebahagiaan Surga sementara kita masih tinggal di atas bumi. Ya di bumi seperti di dalam Surga.
============================================================================
Bacaan Injil Luk 6:20-26
“ Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”