Fiat Voluntas Tua

First Thing First

| 0 comments

Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia

Ingatkah anda saat orangtua memuji-muji anda, memeluk dan mencium manyatakan kasih sayang dan kebanggaannya akan anda? Tapi pernahkah anda juga teringat saat dimana orangtua memarahi kita habis-habisan, sampai kuping merah, malah kalau bisa kita serasa ingin masuk kedalam bumi.. kalau bisaaaa. Saat kita memberikan yang terbaik tentu kita mendapatkan pujian, tetapi saat kita lengah dan berbuat kesalahan kitapun tidak lepas dari teguran.

Saya ingat sekali sebagai anak tertua dari 7 bersaudara, saya merasa orangtua saya pilih kasih. Aturan-aturan untuk saya sangat berat (waktu itu), tidak seperti adik-adik saya lainnya. Kalau yang lain waktu SMA adik-adik bisa keluar bermalam minggu, saat saya SMA hanya boleh pergi sampai dengan jam 22. Itupun diantar dan dijemput alm bapak sendiri. Ketika itu saya malu sekali dengan teman-teman saat bapak sampai turun dari mobil dan datang kedalam pesta. Kadang beliau mencari tuan rumah juga… halaah, kayak polisi deh hahaha….. Pernah saya pulang jam 23 karena pestanya seru banget, wah habis saya disidang bapak-ibu sampai merah kupingku. Mau jadi perempuan apa kamu pulang larut malam? Bagaimana kamu bisa jadi contoh buat adik-adik kamu? Weleh… mana pernah kepikir, lha wong masih belasan tahun.

Injil hari ini menunjukkan betapa kerasnya Yesus menegur rasul Petrus, padahal baru beberapa saat lalu ia disanjung Yesus. Petrus memujiNya sebagai Mesias, Sang Juru Selamat. Bahkan Yesus mengatakannya sebagai batu karang dan akan menyertainya sampai akhir zaman. Ya, Rasul Petrus dianggap sebagai kepala atau ketua dari para rasul lainnya. Tetapi tidak lama kemudian, Yesus menghardik Petrus yang lebih mengutamakan kehendaknya sendiri, tidak hendak bertanya apa yang menjadi kehendak Allah. Peringatan ini termasuk keras, karena Yesus tentu tidak ingin Rasul Petrus yang dinilai sebagai leader, memberikan contoh yang salah bagi para rasul lainnya.

Sama seperti orangtua kita, mereka menginginkan kita menjadi yang terbaik agar bisa ‘survive’ menjadi manusia mandiri, berguna bagi nusa-bangsa dan Gereja (standar kan?). Untuk itu banyak hal yang perlu kita ikuti dan kita lakukan. Mereka tidak segan-segan mengarahkan kita agar tidak salah langkah. Mereka mendampingi kita untuk belajar mengenali apa yang baik dan yang buruk, maka saat kita berbuat hal yang tidak seharusnya dengan tegas orangtualah yang paling keras mengingatkan kita. Coba deh, kalau anak tetangga main kerumah kita, mereka belum mandi belum makan, pasti tidak ditegur ibu kita. Tapi kalau kita main kerumah tetangga, belum mandi dan belum makan, waaaah… bisa merah kupingku dijewer ibu. Ayo jangan bikin malu, harus sopan dan bersih!

Sekarang baru saya sadari, aturan-aturan tersebut sangat membantu saya untuk berpikir bijaksana sebagai anak tertua, sebagai perempuan pertama. Siapa yang menyangka kalau ibu saya dipanggil Tuhan terlebih dulu, sehingga saat itu saya memutuskan berhenti bekerja (sementara) agar dapat menemani bapak di hari tuanya. Siapa sangka juga bapak menyusul ibu 6 tahun kemudian, sehingga saya mau tidak mau berperan sebagai pengganti orangtua bagi adik-adik saya yang berjumlah 6 orang dengan berbagai masalah pribadinya.

Puluhan tahun kemudian, saya tetap perempuan malah sering pulang malam, tapi apa yang saya lakukan dapat saya pertanggungjawabkan… karena itu semua hanya bagi kemuliaan Tuhan. Terima kasih Tuhan untuk ‘didikan’ yang keras sehingga kita semua tidak menjadi anak-anak gampangan. Sebagai pengikut Kristus, kita belajar menyalibkan keinginan pribadi dan belajar memanggul perutusan yang diberikan kepada kita sebagai jalan menuju Kerajaan Allah. Percayalah kalau kita semakin mencari kehendak Allah dalam kehidupan kita, salib yang diberikan ternyata tidak seberat yang dibayangkan. Kita tahu dan percaya rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, dan tidak pernah ada rancangan kecelakaan. Pilihlah yang utama dalam kehidupan ini, yang dapat memberikan jaminan hidup kekal. Then let God do the rest.

Maka mengikut Tuhan memang tidak selalu manis, karena kita juga belajar mengenali mana kehendak Tuhan dan mana keinginan kita sendiri. Maunya kita tentu yang enak, yang mudah, yang gampang.

==================================================================================================================

Bacaan Injil Mat 16:21-28

Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: ”Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”  Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.