Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Injil Matius bab Lima ini terkesan kontroversial. Di bagian awal dari injil ini disebutkan bahwa Yesus tidak meniadakan Hukum Taurat dan kitab para nabi, melainkan menggenapinya, tetapi pada bacaan hari ini Yesus seolah-olah menentang hukum “mata ganti mata” itu.
Kalau kita mau menyermati apa yang dimaksud dengan “menggenapi” itu, kita bisa menangkap apa yang dimaksudkan oleh Yesus, sehingga tidak lagi terkesan kontroversial.
Perjanjian Lama menetapkan “hukuman yang setimpal” atas perbuatan yang dilakukan, guna mencegah pembalasan yang melebihi perbuatan yang telah dilakukan, janganlah “mata ganti wajah” atau “mata ganti kepala”. Yesus tidak menghapuskan “hukuman yang setimpal” itu, melainkan menggenapinya agar menjadi lebih jelas apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh hukum itu.
Yang dimaksudkan oleh Yesus adalah orang yang berbuat jahat “kepadamu”, bukan kepada orang lain. Jika seseorang berbuat jahat kepada orang lain, apakah kita, yang tidak terlibat, patut membalasnya walaupun pembalasan itu setimpal dengan perbuatannya?
Katakanlah orang itu berbuat jahat kepada kita, apakah kita juga akan berbuat kejahatan yang sama sebagai pembalasan kepada orang itu?
Bukankah ini sama artinya dengan pembenaran atas kejahatan yang kita lakukan, berkedok kebenaran Allah? Dengan kata lain, siapa yang sesungguhnya berhak menghukum seseorang yang berbuat jahat? Apakah kita memang diberi wewenang untuk melakukan hal itu?
Saya menjadi geli sendiri ketika mengingat bagaimana dahulu saya mengartikan ajaran Yesus ini. Seandainya ada maling masuk ke dalam rumah, mengambil barang-barang milik kita, apakah kita akan menunjukkan tempat brankas kita kepada maling itu? Apakah kita akan berkata kepada maling itu, “Mas, Mas, brankasnya ada di situ, ambil sekalian ya, ini kunci brangkasnya.”?
Mungkin saat Anda membaca tulisan saya ini, Anda juga merasa geli, atau malah bingung, apa iya ajaran Yesus seperti itu?
Pelanggaran terhadap hukum surgawi telah ada ketetapannya, Yesus telah memaparkannya kepada kita. Pelanggaran terhadap hukum duniawi pun telah ada ketetapannya, yang dibuat untuk tujuan penegakan keadilan bagi warganya. Menjadi jelas, bahwa perbuatan jahat itu tidak dibenarkan. Membalas kejahatan dengan kejahatan artinya kita juga melakukan kejahatan, sama seperti si penjahat itu. Padahal Yesus secara jelas menghendaki kita berbuat kebaikan, bukan kejahatan.
Mengapa Tuhan menghendaki kita membalas kejahatan dengan kebaikan? Tuhan menghendaki kita melakukan yang sama seperti yang dilakukan Tuhan, sebisanya menjadi sempurna seperti Allah, yaitu selalu ada kesempatan untuk pertobatan. Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah hal lumrah. Tidak membalas kejahatan atau membiarkannya juga hal lumrah. Tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan, ini barulah istimewa. Inilah yang membedakan pengikut Kristus dari “dunia”, dari orang-orang yang tidak percaya. (Sandy Kusuma)
================================================================================================
Bacaan Injil, Mat 5:38-42
Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.