“Damai sejahtera bagi kamu!”
Pada saat itu, keadaan murid-murid Yesus sungguh memprihatinkan. Mereka mengalami kedukaan yang dalam atas kematian Yesus, mengalami krisis iman dan tercerai-berai. Mereka dicemooh orang-orang, dan mengalami ketakutan akan mengalami nasib serupa dengan Yesus, ditangkap dan diadili karena menjadi pengikut Yesus yang “telah menghujat Allah”. Yesus telah meninggalkan mereka, membuat mereka tak berdaya, habis sudah semuanya. Bukan tidak mungkin beredar berbagai cerita burung yang tak jelas juntrungannya, membuat mereka penuh kebimbangan. Saya bisa membayangkan, bisa jadi sebagian dari mereka menjadi marah dan berputus-asa, merasa telah “ditipu” oleh Yesus.
Kesaksian tentang perjumpaan dengan Yesus bisa jadi hanya halusinasi belaka, atau bisa jadi yang dilihatnya itu adalah hantu atau arwah gentayangan. Kebangkitan orang yang telah mati merupakan mujizat yang masih sulit untuk dipahami walaupun Yesus telah menunjukkan kuasa-Nya terhadap kematian ketika menghidupkan kembali Lazarus. Tidak mudah untuk percaya begitu saja bahwa Yesus telah bangkit meskipun telah dinubuatkan pada kitab Musa dan kitab para nabi.
Tentu menjadi sia-sia tugas perutusan Yesus jika berakhirnya seperti ini. Oleh karenanya Yesus memandang perlu untuk meyakinkan mereka bahwa Ia memang benar-benar bangkit, suatu kebangkitan yang sempurna, baik secara rohani maupun secara fisik jasmani. Keragu-raguan mesti dihapuskan karena mereka akan menjadi saksi bagi segala bangsa.
“Damai sejahtera bagi kamu!” Sapaan yang merupakan rahmat Allah bagi manusia, yang mengawali kelahiran Yesus di kandang Betlehem, “Damai sejahtera di bumi di antara orang yang berkenan kepada-Nya”. Sapaan yang diajarkan Yesus kepada kita saat berkunjung ke rumah orang, damai sejahtera akan tinggal di atasnya. Sapaan yang kembali diulangi Yesus setelah kebangkitan-Nya ini. Salam damai sejahtera ini merupakan pencurahan Roh Kudus bagi yang menerimanya, sebagaimana yang dilakukan Yesus bagi murid-murid-Nya yang sedang dilanda kepanikan itu.
Entah bagaimana ceritanya, belakangan saya sering mendengar salam ini berubah menjadi “Salam damai bagi kita sekalian”. Salam yang penuh makna ini seharusnya diperuntukkan bagi yang menerimanya, yang berkenan kepada-Nya, dan akan tinggal di atasnya. Salam ini hendaknya disampaikan secara utuh, jangan disisakan atau diambil sebagian untuk diri kita sendiri. Sebagai pemberi salam, kita telah lebih dahulu menerimanya, oleh karenanya bisa kita berikan kepada orang lain. Manalah mungkin kita datang kepada orang lain dengan maksud hendak protes atau marah-marah bisa mencurahkan damai sejahtera bagi yang kita kunjungi itu? Kita mesti berada dalam damai sejahtera dahulu sebelum membawa damai sejahtera itu kepada orang lain. (Sandy Kusuma)
===============================================================================================
Bacaan Injil Luk 24:35-48
“Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”