“Apabila Anak memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”
Merdeka tidak serta merta berarti kebebasan untuk melakukan apa saja yang kita mau, tidak ada kemerdekaan seperti itu. Merdeka adalah kebebasan dari belenggu yang tidak kita kehendaki, lalu membelenggukan diri kepada hal lain yang dengan rela kita ingini. Menjadi hamba dosa adalah kemerdekaan untuk berbuat dosa, sebaliknya, menjadi hamba Allah adalah kemerdekaan untuk melaksanakan Sabda Allah.
Tidak lazim kita mengatakan telah dijajah oleh kebenaran kecuali kalau kebenaran itu memang merupakan belenggu untuk kita. Tetapi jika memang menginginkan kebenaran, maka dengan rela kita akan mengikatkan diri kepada kebenaran itu, menjadi hamba dari kebenaran itu sendiri.
Oleh karena kasih-Nya yang besar, Allah memberikan kita kebebasan untuk memilih, mau menjadi hamba yang mana, tetapi melalui Yesus Allah telah menyampaikan kehendak-Nya agar kita mengabdi kepada kebenaran Allah. Allah tidak memaksakan kehendak-Nya, tetapi manusia mesti siap untuk menghadapi konsekuensi dari pilihannya itu. Menjadi budak dosa berarti mesti siap untuk menghadapi penghakiman dari hukum Allah kelak.
Jika kita hendak meniru Allah, menjadi serupa dengan-Nya, kita pun semestinya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Allah, tidak memaksakan kehendak sendiri terhadap orang lain, apalagi kalau orang lain itu adalah anak-anak kita sendiri atau orang-orang dekat kita. Tetapi jika kita mengasihi anak-anak kita atau orang-orang dekat kita, sudah sepantasnya kita mengingatkan mereka terhadap resiko jika tidak berpihak kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan Allah terhadap kita.
Mudah untuk diomongkan tetapi sulit untuk dilaksanakan, karena ketaatan kita sebagai hamba Allah tidaklah sempurna. Setiap hari kita mesti berjuang melawan kuasa dosa. Berbeda dengan anak, seorang hamba tidak tetap tinggal dalam rumah. Lumrah seorang hamba pergi meninggalkan rumah untuk tinggal di rumah lain yang dianggapnya lebih baik.
Saya jadi teringat beberapa kali terjadi, orang yang pernah membantu pekerjaan rumah meminta agar saya mengijinkan mereka kembali bekerja di rumah, tetapi terpaksa saya tolak karena sudah ada orang lain yang menggantikannya.
Di perusahaan tempat saya bekerja ada beberapa karyawan yang dulunya pernah meninggalkan perusahaan. Mereka kembali karena masih ada tempat untuk mereka, tetapi ada sebagian lainnya yang ditolak karena tempatnya telah diambil orang lain.
Bagaimana halnya jika kita adalah pekerja yang ingin kembali ke rumah Bapa? Sangat berbeda dengan rumah atau perusahaan saya, di rumah Bapa pintu selalu terbuka lebar untuk siapa saja yang mau “pulang”, selalu ada tempat untuknya.
Menjadi anak bungsu yang pergi meninggalkan rumah untuk mencari kemerdekaan duniawi, seperti yang pernah saya alami, telah memberikan pengalaman pahit yang membuat jera, dan membuat diri merasa tak pantas lagi menjadi anak. Tetapi menjadi anak sulung yang selalu tinggal di rumah pun tak luput dari perangkap dosa. Ada iri hati dan kecemburuan yang bisa menghapuskan kerinduan untuk berjumpa dengan adik kandung sendiri, yang mencampakkan empati terhadap kesusahan yang dialami oleh adiknya itu.
Tetapi “Bapa” dari kedua anak itu, telah melihat anak bungsunya pulang sebelum anaknya tiba di rumah, lalu mempersiapkan pesta penyambutan yang meriah atas kepulangan anaknya itu. Se jauh mana pun kita berada saat ini, marilah kita pulang, agar ada sukacita yang besar di rumah kita, kemerdekaan telah menanti kita di sana. (Sandy Kusuma)
===============================================================================================
Bacaan Injil Yoh 8:31-42
“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”.”Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”