“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Kita sering mendengar pemeo ‘menggali lubang sendiri” – yang ditujukan kepada mereka yang kurang bijaksana dengan bertindak ceroboh. Maunya menjatuhkan orang lain tetapi justru malah mencelakakan diri sendiri. Maunya menjebak orang lain dengan lubang galian malah jatuh di lubang buatannya sendiri.
Manusia dengan berbagai kepandaian dan segala akal bisa menggunakannya untuk berbagai tujuan, termasuk untuk mencelakakan atau menjatuhkan martabat orang lain. Padahal segala akal budi itupun bisa digunakan untuk membela orang lain yang lemah. Akhirnya kembali kepada sejauhmana setiap pribadi memiliki kekuatan untuk menguasai akal-budinya.Sejauhmana nilai-nilai dan norma moral ditanamkan sejak kecil untuk mengutamakan kepentingan oranglain diatas kepentingan sendiri.
Renungan hari ini tentang Yesus yang diperhadapkan suatu situasi dan pertanyaan yang menjebakNya, situasi ini tidak membuatNya menjadi panik dan tidak serta merta menjadi emosional. Ia mampu menjawab dan justru dengan bijaksana menggunakan situasi itu untuk menyelamatkan orang lain – si korban yaitu perempuan yang kedapatan berzinah.
Situasi serupa sering kita alami, bisa jadi kita tidak menyadari bahwa kita dijebak atau menghadapi situasi yang sulit yang membawa kita seperti menerima buah simalakama. Diterima bapak mati, tidak diterima ibu mati. Apapun keputusan yang diambil berakibat sama-sama tidak enaknya.Demikian pula dengan Yesus dimana saat itu hukum rajam sebenarnya sudah tidak berlaku lagi pada penjajahan Romawi. Kalau Yesus mengijinkan hukum rajam maka Ia melawan para penjajah saat itu. Kalau Yesus tidak melakukan hukum rajam, Ia dianggap tidak taat pada aturan Taurat (Yahudi).
Dengan tenang Yesus justru mengambil waktu, ditengah kerumunan orang Farisi dan para ahli Taurat, Ia justru menuliskan sesuatu ditanah. Ia pasti sangat tahu apa yang ada didalam benak orang Farisi itu, Iapun juga tahu apa yang sebenarnya dilakukan perempuan itu tetapi Ia memilih berdiam diri. Kesempatan menenangkan diri disaat seperti ini sangat diperlukan agar kita mampu menguasai diri, mampu memahami keadaan yang menjepit kita, dan juga mampu meluangkan waktu untuk mengijinkan Roh Allah bekerja untuk memberikan hikmah kebijaksanaan sebelum mengambil keputusan.
Kesempatan inilah yang disebut dengan berdoa, berhubungan dengan Tuhan disegala kesempatan termasuk saat berhadapan dengan orang lain, membuat hati dan pikiran kita terbuka dan jernih menerima berbagai ide jalan keluar. Kepanikan hanya membuat kita semakin tenggelam dalam kedangkalan pemikiran. Maka sering kita diingatkan untuk tidak mengambil keputusan saat kita panik, saat emosi sedang tinggi, saat marah sekali atau bahkan saat sedang berduka cita. Doa membantu kita untuk menenangkan diri dan percaya ada harapan serta jalan keluar terbaik bagi setiap masalah.
Apa yang ditulis Yesus ditanah menjadi pertanyaan banyak orang. Berbagai tafsiran timbul tentang isi goresan tersebut. Ada tafsiran yang mengatakan Yesus menulis dosa-dosa semua orang yang didepanNya. Ada juga yang menyatakan bahwa Yesus menulis ayat-ayat dalam Taurat tentang mereka yang bersaksi palsu. Wajar juga kalau perempuan ini memang dijebak dan ditunggu-tunggu saat hari masih pagi sekali, Kok mau-maunya mereka para ahli Taurat dan kaum Farisi ini rame-rame menunggu momen tersebut, jangan-jangan suami perempuan itulah yang menjebaknya. Pasti mereka juga sudah menggadang-gadang si perempuan ini. Tuhan dapat memakai orang lain untuk menjungkirbalikkan kita bila kita berniat untuk menjatuhkan orang lain dengan berbagai cara. Sering terjadi seorang yang sering berpikiran jahat akan orang lain, akan jatuh oleh perangkapnya sendiri – sehingga timbul peribahasa “menggali lubangnya sendiri’. Akhirnya Yesus memilih berpihak pada yang lemah, yang menjadi korban. Walaupun mungkin juga perempuan itu pernah berzinah, Yesus pun ternyata tidak menghukum dengan cara manusia, Ia memberi kesempatan kedua untuk si perempuan memperbaiki hidupnya.
Kita juga tidak lebih baik dari perempuan tersebut, suatu saat nanti bisa jadi kedapatan berbuat dosa. Tetapi Tuhan memberi kesempatan kedua bagi kita untuk memperbaiki hidup dan tidak berbuat dosa lagi. Kita diberikan kesempatan untuk mengakui dosa-dosa kita melalui Sakramen Pengampunan Dosa. Dengan demikian dengan diangkatnya selaput dosa yang menutupi mata rohani kita, kita mampu lebih jernih melihat terang Allah, mengenali kasihNya yang bekerja dalam berbagai situasi dalam kehidupan kita.
Menjelang perayaan Paskah, mari kita gunakan kesempatan ini untuk mengambil waktu mengakui segala kesalahan dan dosa kita, serta berani menghampiri imam dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi pada saat mengikuti Sakramen Pengakuan Dosa minggu ini. Disinilah kita bisa merasakan bagaimana sang perempuan yang seperti telur diujung tanduk diselamatkan Yesus. Kitapun telah diselamatkan dengan sengsara, wafat dan kebangkitanNya, oleh karenanya kita perlu bersyukur atas kesempatan kedua yang diberikan kepada kita. Ya Tuhan, ampunilah kami orang berdosa ini.
===============================================================================================
Bacaan Injil Yoh 8:1-11
“Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”