Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!”
Saya adalah satu diantara banyak teman-teman yang kalau berkomentar sering kali seenaknya, bahkan kadang terlalu jujur dan ceplas ceplos, seperti tanpa peduli dengan perasaan orang lain, atau seperti tanpa takut kalau ada yang dengar dan tersinggung, bahkan dijuluki oleh pejabat tinggi di Keuskupan seorang vokalis. Di tingkat yang lebih tinggi lagi, saya mulai dijauhi oleh teman-teman yang merasa terganggu dengan kejujuran tersebut, bahkan harus mengundurkan diri dari perusahaan Tbk yang memberi pekerjaan sebagai seorang Vice President, karena tidak mau bekerja sama dan mengikuti strategi konyol sang CEO.
Sebenarnya saya bukanlah seorang yang vokal atau pemberani, karena sesungguhnya saya adalah seorang yang penakut, takut membohongi orang lain, takut pesan tersebut tidak sampai dan takut orang lain tidak paham apa yang dimaksud, akibatnya saya mengatakan jujur apa adanya tanpa membungkus dengan kata-kata yang bersayap atau kalimat tingkat tinggi yang penuh kiasan.
Beberapa kali saya juga ditegur, bukan karena salah apa yang dikatakan, tetapi lebih karena terlalu jujur sehingga perlu hati-hati, akibat lebih lanjut adalah tuduhan Ketua Dewan Paroki yang mengatakan bahwa saya yang hendak memecah belah stabilitas dan keharmonisan umat di Paroki sebagai umat yang berani dan kerap mengkritisi kebijakan Pastor Kepala.
Saya sama sekali tidak bermaksud menyamakan sikap tersebut sama dengan apa yang dilakukan Yesus, masih terlalu jauh dan belum apa-apa, bahkan nothing, tetapi makna yang tertangkap dalam bacaan diatas adalah kredibilitas pribadi Yesus yang jujur dan berani berkata apa adanya. Maka saya mencontohnya, karena hidup yang hanya sekali ini hendaknya berbuat baik selalu dan tidak ada yang perlu ditakuti untuk menjadi jujur, bahkan jujur itu membuat orang lain menjadi hati-hati untuk berbuat jahat dan banyak mendapatkan informasi yang akurat karena orang lain menjadi percaya dengan kredibilitas kita. Kalaupun kita akan dicelakakan ornag lain, tentu akan meninggalkan kesan baik dan menjadi inspirasi.
Dinegri yang semuanya serba tidak jelas dan tidak biasa ini, dimana kekuasaan bisa mengatur banyak hal serta membuat banyak orang jujur hilang atau kehilangan nyawa, tetapi hendaknya tidak membuat kita takut atau menjadi munafik, karena janji Yesus. Memang sangat berat dan ada yang mengatakan mustahil, tetapi haruskah kita menyerah pada keadaan dan ikut menjadi bagian dari kaum munafik. Mari introspeksi dan bertanya lagi ke lubuk hati kita yang paling dalam, “Apakah benar? Mengaku sebagai pengikut Yesus sekaligus sebagai orang munafik” (Samsi Darmawan)
==============================================================================================
Bacaan Injil Yohanes 7:40-53
Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkata itu, berkata: “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.
Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuh-Nya. Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak membawa-Nya?” Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!”
Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: “Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!”
Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?”
Jawab mereka: “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.” Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya.