“Sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”
Mendapatkan surat mandat atau surat penugasan adalah penting dalam suatu organisasi. Didalam surat tersebut dijelaskan apa tugas yang harus dilaksanakan dan kapan batas waktunya. juga disebutkan siapa yang memberikan perintah sehingga laporan pertanggungan-jawabannya jelas. Kalau ada yang meragukan hasil kerja penerima mandat maka mereka harus berurusan dengan yang memberikan surat mandat tersebut.
Hal inipun saya alami saat menerima mandat sebagai Tim Pencari Fakta disebuah kabupaten. Sebelum diberikan mandat tentu ditanya terlebih dulu, siapkah kita menerima tugas tersebut. Juga ditanyakan apakah siap menanggung resikonya. Tentu saja resiko adalah menjadi bagian dari mandat itu sendiri. Memang kita dibekali dengan berbagai peraturan dan data-data, tetapi pada akhirnya sebagai tim tetap harus turun ke lapangan mencari fakta-fakta dan melakukan analisa. Setelah tugas selesai tentu harus dilaporkan termasuk juga mengajukan saran berdasarkan koridor yang ada agar dilakukan tindak lanjut oleh para pemberi mandat.
Dilapangan tentu berbeda keadaannya karena kita akan berjumpa dengan berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang bermacam-macam. Maka diperlukan ketegasan, kepekaan, kepedulian serta kemampuan untuk cek dan ricek dari berbagai sudut pandang.Resiko yang dihadapi tentu bermacam-macam, termasuk didalamnya penolakan demi penolakan. Tentu saja hal ini merupakan konsekwensi yang disadari bersama karena kita tidak bisa memuaskan semua pihak sesuai dengan keinginan mereka.
Disinilah peran yang dialami oleh Elia, sebagai nabi utusan Tuhan. Ia tidak bisa memilih hanya datang kepada bangsanya sendiri, orang Israel. ia justru harus pergi mengunjungi janda di Sarfat yang jauh lokasinya….. tentu juga dengan resiko ditolak. demikian pula dengan Naaman, kok ya mau-maunya disuruh mandi 7 kali… kalau gak sembuh gimana bikin malu orang Yahudi dong? Elia harus berani keluar dari zona nyamannya, meninggalkan komunitas Yahudi demi mewartakan Sabda dan membawa Kristus bertemu dengan komunitas diluar Yahudi.
Demikian pula yang telah diteladankan Kristus. Ia telah menjalankan mandat Allah Bapa, Ia pergi meninggalkan segala kenyamanannya untuk datang kepada umat manusia di bumi. Tetapi sebagian orang besar menolaknya. Sekali lagi yang namanya nabi, kalau sudah dapat mandat ya harus dijalankan… termasuk menanggung resiko tugas yang diterimanya. Demikian pula yang dilakukan Yesus. Ia rela datang ke bumi, datang ke dunia ketempat yang asing bahkan yang pada akhirnya pun sebagian orang menolakNya. Resiko inipun diambil Yesus sebagai konsekwensi dari ketaatan dalam menjalankan tugasnya sebagai Penebus Dunia.
Maka marilah kita menimba semangat para nabi, yang tetap menyala-nyala melayani Tuhan dengan visi yang amat luas. Mereka bersedia diutus kemana saja, keluar dari zona nyamannya. Keluar dari kaum kerabatnya, keluar dari dunia yang biasa ia kenal. masuk dan berinteraksi dengan berbagai kelompok diluar ‘kalangan sendiri’. Kadang ada keraguan sehingga timbul pertanyaan: Nanti kalau ditolak bagaimana? Mengapa kita tidak ubah pertanyaannya: Nanti kalau mereka menerima (ajaran) Kristus, bagaimana? Bukankah mereka juga akan mengalami mujizat seperti janda di Sarfat dan seperti Naaman? Sanggupkan kita menerima mandat yang diberikan Kristus beserta segala konsekwensinya? Jadi siapa sebenarnya penghalang rahmat Kristus?
===============================================================================================
Bacaan Injil Luk 4:24-30
“Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi”