“Engkau adalah Mesias!”
Di saat traveling dalam rangka tugas keluar kota, merupakan masa dimana saya mengambil waktu dan jarak untuk melihat kembali kehidupan yang telah dijalani. Ada saatnya saya menengok kembali diantara rutinitas kesibukan pekerjaan dan pelayanan, apa yang telah dijalankan dan bagaimana membuatnya menjadi lebih baik lagi, terutama bagi orang -orang yang telah dipercayakan Tuhan kepada saya ataupun mereka yang menemani saya dalam pengembaraan di bumi: bagi suami dan anak-anak. Apa arti kehadiran mereka dalam hidup saya? Apakah juga kehadiran saya dalam hidup mereka memberikan arti? Termasuk membawa mereka memahami Tuhan dalam hidupnya, melalui kehadiran, perkataan dan tindakan saya? Akhirnya saya kembali ke pertanyaan yang paling mendasar, kalau begitu mengapa Tuhan Yesus memberikan dan mempercayakan mereka pada saya? Apakah saya telah menghadirkan Yesus dalam kehidupan mereka? Atau kah saya yang buta dalam melihat kehadiran Yesus dalam diri pasanganku dan anak-anakku? Sudah cukupkah saya memberikan quality time bagi mereka? bagaimana bisa membangun hubungan yang berkualitas kalau tidak cukup waktu dan perhatian bagi mereka?
Dalam beberapa bulan ini beberapa kawan juga telah dipanggil Tuhan diusianya yang relatif masih muda. Saya bersyukur atas segala kebersamaan serta pengalaman iman yang telah dibagikan satu sama lain. Saling membantu, saling menghibur, saling mendokan dan saling meneguhkan sejauhmana Tuhan Yesus telah hadir dalam kehidupan mereka. Saya bisa merasakan bagaimana Yesus sungguh hidup dalam keseharian mereka. Selalu berupaya membantu orang lain, memiliki jam doa rutin bahkan sudah punya jadual retret pribadi.
Kita perlu menyadari kehadiran Yesus dalam hidup keseharian ini, betulkah kita menghadirkan Yesus setiap saat sebagai Tuhan dan juru selamat kita? Ataukah saya hanya membutuhkan Yesus di saat susah saja dan menganggapnya seperti mesin ATM, yang diperlukan saat tertentu saja? sementara saat hidup kita ‘baik-baik’ saja kita merasa bahwa we are in control of our life. Tidak perlu membuat sibuk Yesus, bahkan ada yang berkata sambil bercanda “Biar Yesus mengurusi mereka yang lebih susah dari kita”.
Maka saat traveling begini, menjadi saat yang patut disyukuri. Saat sendiri seperti inilah saya bisa mensyukuri pentingnya memelihara dan menjaga hubungan, baik dengan Tuhan Yesus dan dengan orang-orang terkasih. Saat yang berharga untuk menyadari bahwa kita sungguh dicintai Tuhan dan wajib membalas cintaNya dengan melakukan yang terbaik dalam segala hal dan terus memiliki iman yang berdiri teguh.
Siapa Yesus bagi kita harus tampak dan dirasakan oleh orang-orang disekitar kita. Dari perkataan dan perbuatan kita ,orang lain dapat merasakan sejauhmana kasih Kristus itu menguasai kehidupan kita. Bagaimana sikap kita saat menghadapi kesulitan dan tantangan hidup, bagaimana sikap kita melihat orang lain yang sedang susah dan bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang mencintai kita. Badai bisa datang silih berganti, tapi Yesus tetap sama, dari dulu, sekarang dan selamanya. Ia adalah Allah yang setia, sekarang dan selamanya. Kitalah yang belum terbukti kesetiaannya.
===============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 8:27-33
“Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”