Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
Beberapa hari ini badan saya kurang sehat, mungkin juga karena cuaca sedang buruk dan kondisi badan sedang turun. Sehingga libur Sin Cia dan weekend dihabiskan di rumah tepatnya diatas tempat tidur. Saat seperti inilah saat dimana saya mengistirahatkan tubuh dari berbagai kesibukan dan kegiatan dengan tetap bersyukur. Kita perlu mendengar dan merasakan ‘sinyal-sinyal’ alam yang diberikan Sang Pencipta dengan tidak memaksakan diri. Saat saya menarik diri dari kesibukan seperti ini, melihat apa yang terjadi diluar sana lewat twitter dan televisi. Maaf kalau beberapa hari ini renungan tidak saya kirimkan ke milis, saya sedang menikmati saat-saat kontemplatif seperti ini. Melihat segala yang terjadi di belahan dunia sana, membayangkan diri saya sebagai orang asing berada diantara kerusuhan di Mesir. Melihat apa yang terjadi di negeri sendiri, membayangkan juga kalau saya ada diantara orang-orang yang sedang membantai sesamanya. Melihat betapa absurdnya dunia anak-anak dan remaja yang terlibat dalam sex bebas karena ortunya cuek dan begitu naif memberikan HP, games dan tidak pernah mengecek apa yang mereka dapat dari Mr Google… tahu-tahu anaknya jadi PSK bahkan mucikari ! Melihat seorang politisi atletis meninggal diusia muda. Well, our time is running up. Apa yang akan saya lakukan? Merenungkan segalanya dan bertanya dalam hati, apakah yang sedang terjadi di dunia ini? Bukan kebetulan kita hidup di jaman ini, diantara segala kekisruhan dunia sekitar kita, lalu kira-kira apa yang Tuhan inginkan aku perbuat?
Kita bisa menggunakan kacamata berbeda-beda menyikapi segala keadaan disekitar kita. Yang pakai kacamata hitam pasti akan berkata “wah, semua gelap disekitar kita” Sementara yang menggunakan kacamata kuning akan berkata bahwa semuanya kuning. Masing-masing bertahan dengan pendapatnya seraya membenarkan tindakan dan kebijakan yang diambil tanpa membuka kacamatanya. Sampai kapanpun tidak akan tercapai kesepakatan.
Injil hari ini mengingatkan kita semua bahwa perbedaan akan selalu terjadi manakala berhubungan dengan kebiasaan setiap manusia, termasuk dengan kebiasaan dalam tatacara beribadah. Semua bertahan dengan pembenaran masing-masing. Jangankan yang berbeda suku dan agama, sesama mereka yang berkeyakinan saja bisa berbeda pendapat tentang pakaian apa yang harus dikenakan. Apakah kita boleh bersalaman atau tidak, dengan siapa dan kapan. Belum lagi kapan berlutut dan kapan duduk. Dosakah kalau kita menyanyikan lagu ini dan itu. You name it, we all have it… done it.
Sungguh pandai kita mengesampingkan perintah Allah demi pembenaran pendapat dan pandangan kita masing-masing. Orang tua bertahan pada pandangannya tanpa mau belajar apa lagi peduli dengan apa yang terjadi disekitar anaknya. Para politikus dan ahli hukum begitu lihai mempermaikan berbagai dalil hukum untuk pembenaran tindakannya. And yet… our time is running out. Kita sering membuang detik-detik kehidupan yang berharga dengan memperdebatkan berbagai hal yang akhirnya membuat kita menjauh dari perintahNya. Menjauhkan diri kita dari hal yang lebih penting dalam hidup ini, menjauhkan diri dari rencana Allah bagi kita masing-masing.
Betul kita memang tidak bisa menyelesaikan semua masalah di dunia ini. Apalah arti satu orang dibandingkan dengan berbagai masalah di dunia ini. Tetapi kalau yang satu orang ini tahu persis apa yang harus dipikirkan, diperkatakan, mengambil tindakan sejalan dengan perintah dan isi hati Tuhan rasanya dunia tidak akan seburuk saat ini. Masalahnya semua orang merasa bertindak dan sejalan dengan isi hati Tuhannya tanpa menggunakan akalbudi dan perasaan lagi. Lalu dimana isi hati Tuhan sang Pencipta manusia? Dia ada dan bersemayam di hati manusia yang sedang sengsara, sedang susah, lapar, dipenjara, terdesak dan ketakutan. Semoga kita tidak menjadi Farisi abad ini, yang mengutamakan tatacara dan mengabaikan sesama manusia. Jangan sampai kita menjadi manusia yang justru menimbulkan ketakutan, air mata dan keresahan manusia-manusia lain disekitar kita dengan mengatasnamakan Tuhan.
===============================================================================================
Bacaan Injil, Mrk 7:1-13
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban — yaitu persembahan kepada Allah –, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”