Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”
Menjadi difabel sungguh suatu keadaan yang membuat frustrasi. Banyak hal memenuhi pikiran dan ingin sekali untuk dilakukan, tetapi keterbatasan fisik membuat kita tidak berdaya dan tidak mampu bergerak. Kita membutuhkan bantuan orang lain untuk mobilitas kita sendiri. Membaca kesaksian ibu Bernadette Sumini dari sebuah milis yang mengubahkan celaka menjadi berkat – mengingatkan saya pada perjuangan teman-teman menerobos kesulitan saat membantu rekan orang muda yang sedang menghadapi kelumpuhannya seperti Ola, si pencipta lagu rohani, Kodrat, pewarta muda yang kecelakaan di Medan serta Meike dan Mungky yang menderita CA sehingga harus di chaemo berkali-kali.
Saya melihat suatu semangat yang luar biasa yang terpancar melalui kata-kata dan SMS mereka yang sedang lumpuh fisik karena sakit tetapi tetap tegar dan bersemangat serta penuh pengharapan akan Kristus yang setia menemani mereka dalam penderitaan. Semangat inilah yang akhirnya ditularkan kepada orang-orang sekitarnya yang membantu mereka dengan segala cara termasuk mengusung kursi roda, menyediakan kendaraan untuk berobat ke RS sampai penggalangan dana dalam menghadapi proses pengobatan mereka.
Dalam kehidupan beriman kita juga sering mengalami keadaan difabel, tidak berdaya sama sekali menghadapi keadaan disekitar kita. Terkadang lumpuh semangat, lumpuh harapan, lumpuh rohani dan lumpuh tenaga. Tetapi kalau kita senantiasa mau mengingat kembali visi dan cita-cita kita dan berbagi kepada orang lain, maka tanpa kita sadari banyak orang akan ‘mengusung’ kita seperti si lumpuh yang diusung kerabatnya untuk menjumpai Yesus. Tanpa kita sadari ditengah kelemahan dan kelumpuhan kita, ada orang-orang yang senantiasa memberi semangat, memberi dukungan bahkan berdoa bagi keberhasilan kita, terus membawa kita menjumpai Kristus. Ada saat-saat dimana saya juga pernah merasa lumpuh rohani, saya bersyukur ada suami dan anak-anak yang menjadi penopang saya, juga para sahabat dan para romo yang mengusung lewat SMS dan email yang meneguhkan. Kekuatan tambahan ini justru mampu menjebol tembok-tembok dan atap langit yang sering menghalangi pikiran kita untuk mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus.
Maka marilah kita senantiasa menjaga cita-cita dan harapan kita melekat pada Kristus, sehingga saat kita lemahpun orang-orang lain akan mengingatkan kita kembali untuk menghancurkan tembok pemisah, meruntuhkan dosa penghalang yang menutupi perjumpaan kita denganNya. Dan mereka yang tadinya lumpuh, dipulihkan dan bangkit berkarya serta bersaksi justru membuat banyak orang terheran-heran. Yang begini ini belum pernah mereka lihat ! Akibat dukungan komunitas basis disekitarnya seorang yang lumpuh menjadi saksi iman yang memuliakan Tuhan. Iman kolektif lah yang ikut menumbuhkan semangat si lumpuh.
Marilah kita senantiasa merendahkan diri mengakui kelemahan dan kelumpuhan kita. Melalui Sakramen Pengakuan Dosa, kita kembali diteguhkan dan dibantu mengatasi kelumpuhan iman untuk bangkit dan berdiri kembali menjalankan panggilanNya. Hanya kasih Kristus lah yang mampu mengajak kita berdiri tegak kembali menapaki kehidupan untuk memuliakan Dia melalui kehidupan kita. Kasih Kristus membuat kita saling memperhatikan satu sama lain, meluangkan waktu untuk mendukung dalam doa mereka yang lemah, yang sakit, yang lumpuh tidak berdaya. Memang betul iman kolektif menumbuhkan dan mampu menyembuhkan sesuai dengan FirmanNya: Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:15-20) Semper Reformanda !
===============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 2:1-12
“Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”