“Seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.”
Saya yakin tidak banyak pewarta bahkan romo senang membawakan renungan dengan tema yang menyeramkan ini. “Akhir zaman’ – bukan kata yang enak didengar apalagi kalau disampaikan dalam homili yang cuma 15 menit. Biar dibungkus bagaimanapun tetap saja ‘berasa’ tidak enak dan tidak nyaman didengar. Kalau ada opsi lain mungkin umat ingin dengar perikop yang indah-indah saja, yang baik-baik kedengarannya pokoknya yang menyenangkan hatilah. Mari datang kepadaku yang sakit, susah disembuhkan, yang letih lesu disegarkan, bahwa setiap doa pasti dijawab…… bukannya ” mari sini saya kasih tahu bahwa sebentar lagi akhir zaman datang!? Kita tahu banyak sekali berbagai cerita horor yang menyebutkan tahun segini akan kiamat, menurut suku indian tahun segini juga kiamat, tapi pada akhirnya dengan deg-degan menanti-nanti kok belum terjadi juga ya?
Dalam kamus wikipedia, eskatologi disebut adalah bagian dari teologi dan filsafat yang berkaitan dengan peristiwa-perisitwa terakhir dalam sejarah dunia, atau nasib akhir dari seluruh umat manusia, yang biasanya dirujuk sebagai kiamat (akhir zaman). Ternyata setiap agama memiliki pemahaman tersendiri tentang akhir zaman. Tapi intinya sama, tentang satu pengharapan akan datangnya dunia yang baru – awal hidup baru sebagai lawannya akhir zaman atau kiamat. Akhir zaman akhir segala yang jahat dan akhir dari segala penderitaan bagi mereka yang terzolimi.
Lalu adakah alasan kita untuk takut menghadapi akhir zaman? Ya pasti menakutkan terutama bagi mereka yang tidak lagi bisa menikmati surga dunia, karena akan habislah kesempatan itu. Sedangkan bagi mereka yang mampu ‘melihat’ dan mampu ‘mendengar’ yang tersembunyi dibalik setiap Sabda Allah, yang mampu melihat dan mendengar adanya penyertaan Allah dalam kehidupannya, tidak perlu ada ketakutan dan kekhawatiran dalam menghadapi hari kiamat…. kapanpun datangnya tetap menimbulkan harapan.
Mengapa juga ada terbersit ketakutan di hati? Disetiap agama diajarkan tentang paham akhir zaman, sehingga setiap orang beragama tahu bahwa kesempatannya terbatas. Akhir zaman dapat diartikan berhentinya kebebasan manusia untuk memilih dan menentukan pengambilan keputusan. Akhir zaman adalah berakhirnya kebebasan manusia, karena disinilah Allah akan menunjukkan kuasaNya. Ialah yang akan menentukan siapa yang layak pergi kemana tanpa intervensi siapapun dan apapun. Tidak bisa disogok dan tidak bisa diperdaya lagi. Maka mereka yang sempat memiliki ketakutan mendengar akhir zaman adalah mereka yang tidak mempersiapkan diri untuk bertemu Tuhannya. Mereka yang masih ingin menikmati kehidupan dengan caranya sendiri, pasti menghindari pembicaraan tentang akhir zaman.
Padahal kita tahu bahwa tidak ada seorangpun bisa menghindarinya, paling tidak akhir zaman kecil-kecilan yaitu berakhirnya kehidupan kita sendiri. Tidak ada yang bisa menambahkan sehasta saja dalam kehidupannya. Bila Allah katakan “pulang”,,, pulanglah kita kepada Sang Pencipta. Bila Allah katakan “nanti”, maka yang sudah koma dan nyawa sempat melayang terlepas dari tubuhnya bisa kembali mendapatkan kesempatan kedua untuk menikmati sisa kehidupannya.
Maka berbahagialah mereka yang ‘mendengar dan melihat’ segala sesuatu yang tidak ‘didengar dan dilihat’ orang biasa, yang melihat segala sesuatu dengan mata batin, dengan kacamata iman, karena mereka selalu menggunakan kesempatan untuk mempersiapkan diri setiap saat mengenali kehadiran Allah dalam kehidupannya bahkan melihat kehadiran Allah dalam kehidupan orang lain yang sedang menderita. Selalu berusaha mencari kesempatan untuk menumbuhkan kebaikan dan bukannya menyebarkan kebencian dimana-mana. Tetap menumbuhkan harapan walau dirinya sering dikecewakan. Untuk mereka yang selalu bersih hatinya, tidak pernah curiga dan menaruh benci, maka saat mereka harus meninggalkan dunia adalah saat yang ditunggu-tunggu karena mereka akan bertemu dengan Tuhannya. Tidak heran dari tubuh yang sudah dingin kaku, bisa terbersit senyum damai. Meninggalkan pesan “Inilah aku, terimalah aku apa adanya”.
Marilah kita yang masih diberi kesempatan tumbuh bersama ilalang dan gandum disekitar kita, tetap menumbuhkan harapan satu sama lain, saling mendukung dan memberi semangat, saling mendoakan agar terus bertahan dan berpengharapan dalam penziarahan hidup. Kita tidak pernah tahu kapan akhir zaman itu datang, tetapi yang jelas ‘deposito waktu’ kita semakin berkurang. Kita tidak bisa mengubah yang sudah lewat, tidak bisa juga meramalkan berapa banyak lagi kesempatan yang tersisa, tetapi kita akan gunakan kesempatan yang diberikan hari ini sebaik-baiknya – bukan untuk diri sendiri lagi, bukan untuk anak dan keturunannya sendiri. Tetapi menggunakan kesempatan yang tersisa untuk mengambil bagian dalam mewujudkan Kerajaan Surga di bumi seperti didalam Surga. Karena kesempatan kita cuma sekali seumur hidup, tidak ada kesempatan kedua. Mari kita mintakan Roh Kudus untuk memampukan kita mendengar dan melihat segala yang orang lain tidak mendengar dan melihat, karena kita tahu tidak ada satupun yang bisa menguasai roh kita kecuali Sang Pencipta. Maka dengan penuh iman kita siap menghadapi akhir zaman. ….Sapa tatut?
==============================================================================================
Bacaan Injil Mat 13:36-43
Pada suatu hari Yesus meninggalkan orang banyak, lalu pulang. Para murid kemudian datang dan berkata kepada-Nya, “Jelaskanlah kepada kami arti perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Yesus menjawab, “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia. Ladang itu ialah dunia. Benih yang baik adalah anak-anak Kerajaan dan lalang adalah anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi. Pada waktu itulah orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!”