“Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Bagi saya dan suami, tiga orang anak yang Tuhan berikan bagi kami adalah berkat luar biasa yang harus di pelihara dan dipertanggungjawabkan kemudian dihadapan Tuhan. Masing-masing anak menunjukkan sifat dan karakter berbeda sejak dari lahir dan rasanya masih terus berubah sampai sekarang. Demikian juga harapan kami berbeda-beda pada saat memilih nama dan menentukan santo/santa pelindung bagi mereka.
Anak pertama diharapkan menjadi sumber cahaya bagi sekitarnya laksana matahari yang memelihara kehidupan. Wisnu Aditya Basworo. Santo Paulus adalah pelindungnya dengan harapan semangat pekabaran Injil menggelora kemanapun ia pergi. Anak kedua yang lahir dua tahun kemudian, diharapkan menjadi lelaki utama /teladan yang bijaksana dan bertanggung jawab: Bimo Haryohutomo. Dengan santo pelindung Johanes pembaptis, tentunya selama hidupnya ia membawa banyak orang bertobat dan datang pada Kristus. Sedang si bungsu, satu-satunya wanita baru hadir berselang 8 tahun dengan anak kedua. Sebagai perempuan tunggal wajar kalau diberi nama Sekar Widyaningtyas: wanita yang tindakannya berbau harum seperti bunga. Santa Clara kami pilih sebagai pelindungnya karena ia berani melepaskan kelekatan yang ada padanya, baik harta dan kebangsawanannya, demi menjadi pengikut Kristus. She is the Princess of God.
Injil hari ini mengingatkan kita para orang tua untuk mengenang kembali proses kelahiran satu persatu anak yang telah dipercayakan Tuhan. Saya bersyukur melahirkan mereka dengan normal tanpa bantuan alat atau intervensi manusia melalui operasi Caesar. Sehingga mereka memang lahir sebagai bayi yang sudah ‘matang’ dan siap saat dilahirkan. Bukan dipaksa dilahirkan oleh tangan dokter. Ternyata hal ini baru saya sadari kemudian, kelahiran Caesar berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak menjelang dewasa nantinya.
Mau jadi apa mereka nantinya ?? Seperti lagu Que Sera Sera- lagu jadul favoritnya bapak ibu almarhum – dikatakan The future is not ours to see, que sera sera. Masa depan mereka adalah misteri bagi manusia, tetapi seharusnya menjadi indah di tangan Tuhan. Walaupun demikian satu hal yang sudah dibuktikan kelahiran mereka adalah hasil penyertaan tangan Tuhan. Sama seperti semua ibu pada umumnya, mereka punya doa yang sama sepanjang sejarah bagi anak-anaknya. Mereka selalu berdoa agar anak-anaknya tumbuh sehat dan sempurna, hidupnya bisa berguna bagi negara, nusa dan bangsa. Demikian doa yang saya dengar dari ibu saya, juga dari eyang putri saya. Ternyata juga doa yang sama saya dengar dari bude-bude dan tante-tante serta tetangga kiri kanan saat mereka mendoakan anak-anaknya. Maka kiranya para orang tua senantiasa mendidik dan mengarahkan anak-anak untuk sungguh taat dan takut akan Tuhan; agar mereka bertambah besar dan makin kuat rohnya.
Kita juga bertanggungjawab dengan menanamkan segala yang baik dalam kehidupan anak-anak agar kehidupan mereka nantinya juga berbuah kebajikan senantiasa. Demikian juga dengan kehidupan kita yang belum selesai. Mau jadi apakah kita ini? Apapun yang kita lakukan sekarang, sesibuk apapun kita mencari uang yang ‘katanya’ demi anak-anak, marilah kita tuliskan Injil ke lima. Kalau sudah ada Injil menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, maka sekarang kita menulis Injil menurut kita masing-masing. Siapa Kristus menurut kita? Anak-anak akan melihat kehidupan kita sebagai surat terbuka Kristus, tempat mereka mengenal Kristus dalam kehidupan mereka.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=gJD798-q0bY&feature=related]
Que Sera Sera,
What ever will be will be,
The future is not ours to see….
Que Sera Sera… Let it be in God’s hand.
==============================================================================================
Bacaan Lukas 1:57-66,80 1:57
Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki.Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel