“Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”
Waktu saya kecil pernah iseng saya tanya bapak, mengapa kami anak-anak tidak tidak diberikan ‘buntut’ namanya, padahal ia sendiri menggunakan nama fam-nya. Jawabannya simple ” Apapun nama yang diberikan, kamu tetap anakku. Tidak ada yang bisa menggantikan, but I just want you to be your self. Biarlah orang mengenalmu sebagai pribadi bukan sebagai anak ‘seseorang’” Woow… inilah yang membuat saya kagum padanya, dan anak-anak saya pun juga tidak diberikan nama fam sang ayah. Just be your self nak.
Tetapi tetap saja ada yang curious, penasaran, siapa sih orang tua saya, lahir dimana dsb dsb. Kata orang jawa bobot, bibit, bebet. Kata orang anak baik-baik pasti datang dari keluarga baik-baik. Dan nantinya punya jaringan diantara para keluarga yang se ‘level’ dan sederajat yang tentunya bisa diandalkan. Susahnya sebagai perempuan, umumnya sering tidak dikenal sebagai ‘pribadi’. Waktu masih single, nama fam-nya menggunakan nama ayah. Begitu menikah malah pakai nama suami. Di sekolah jadi ‘mamanya sekar’ sesuai murid yang terdaftar saja lah. Sehingga mereka seolah mengandalkan ayahnya, dan tergantung suaminya dan tidak perlu menjadi dirinya sendiri. Jadi kapan perempuan dikenal dengan ‘nama’nya?
Injil ini mengingatkan kita kembali, bukan masalah asal-usul kita yang penting. Anak siapa, keturunan keluarga mana, suku apa, gak penting lah. Tapi justru apa yang baik, yang bisa dinikmati banyak orang, itulah yang membuat orang bertanya apa yang menjadi sumber kekuatan kita. Tidak ada jaminan bahwa menjadi pengikut Kristus bukan hanya sekitar nama baptis yang ditambahkan. Tidak ada jaminan bahwa dengan menjadi pengikut Kristus kita tidak akan kena resesi, atau kebal penyakit, atau tidak bakal bangkrut, kena PHK dan tertipu.
Tapi saat masalah dan musibah datang, dan kita tetap memilih bertahan dan berpegang pada iman percaya pada Kristus, tetap memiliki iman, berpengharapan dan masih bisa tersenyum. Maka orang lain justru akan bertanya kok masih bisa tersenyum walau kesulitan silih berganti? Ada nada keheranan melihat pasangan yang begitu sabar menghadapi kelakuan anaknya yang menjadi korban narkoba. Termasuk keheranan karena berani tidak menggugurkan kandungan walau untuk itu harus menjadi single mother.
Akhirnya iman percaya kita akan dipertaruhkan saat menghadapi tantangan dan rintangan. Jangan andalkan kekuatan diri, jangan juga andalkan manusia lain, tapi disitulah buah iman kita dipertanyakan, apakah berbuah manis, asam atau malah pahit? Atau jangan-jangan tidak berani berbuah karena takut mengambil resiko? Buah perbuatan yang baik justru dihasilkan karena iman yang telah diasah dari berbagai tantangan dan keadaan. Tidak mungkin buah perbuatan yang baik dihasilkan dari iman yang tipis dan rapuh, karena ia akan terbang begitu badai menghantam. Oleh karenanya terimalah tantangan untuk menguji kekuatan iman kita agar buah yang dihasilkan manis rasanya bagi orang-orang disekitar kita. Kalau tidak siap maka tidak ada buah yang manis yang dihasilkan dan dinikmati. Sama halnya kalau beli pohon mangga mahal-mahal, jauh lagi belinya di probolinggo… eh gak pernah berbuah, mungkin lebih baik dibuang saja ya?
==============================================================================================
Bacaan Injil Mat 7:15-20
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”