Ibu Teresa merasa terpanggil untuk melayani kaum miskin dan terlantar di kota Kalkuta. Tetapi peristiwa itu datang tidak terduga. Secara kebetulan ia menyaksikan orang-orang sakit yang menderita di jalanan kota Kalkuta. Tidak ada yang mengurus mereka. Begitu banyak yang kemudian mati tak berdaya.
Ibu Teresa tersentuh oleh penglihatan matanya itu. Waktu itu, ia seorang suster yang berprofesi sebagai seorang guru. Karena itu, bukanlah bidangnya kalau ia mengurusi kaum miskin, sakit dan terlantar.
Namun apa yang terjadi kemudian adalah ia merasa panggilan Tuhan di dalam hatinya begitu kuat. Panggilan Tuhan untuk mengurusi orang-orang miskin, sakit dan terlantar begitu menggetarkan hatinya. Karena itu, ia putar haluan. Ia melepaskan profesinya sebagai seorang guru dengan segala keteraturannya. Ia mulai mengurusi orang-orang miskin, sakit dan terlantar di kota Kalkuta, India.
Ia mulai mendatangi para gelandangan. Dengan tangannya sendiri ia mengangkat mereka dan membawanya ke tempat tinggalnya. Di sana ia membersihkan tubuh mereka. Luka-luka di tubuh mereka ia obati. Ia lantas memberi mereka makan. Ada yang sedang sekarat, ia beri ketenangan agar dapat meninggal dengan damai.
Karya Ibu Teresa ini kemudian berkembang. Banyak orang mulai membantu karyanya. Mereka memberi penghargaan yang besar atas karyanya itu. Sampai akhirnya ia menerima hadiah nobel perdamaian karena karyanya itu.
Di sekitar kita ada begitu banyak orang yang miskin, sakit dan terlantar. Mereka membutuhkan uluran tangan dari kita. Namun yang kita butuhkan adalah hati yang mudah tergerak oleh belaskasihan. Orang-orang yang miskin, sakit dan terlantar itu seringkali kurang mendapatkan perhatian. Bahkan tidak jarang mereka dicurigai.
Tuhan terus-menerus memanggil kita untuk membantu sesama yang miskin, sakit dan terlantar. Seketul roti saja akan sangat berharga bagi mereka yang miskin. Banyak orang kekurangan makanan. Untuk sekedar hidup saja banyak orang mengalami kesulitan.
Karena itu, kalau kita memiliki hati yang mudah tergerak oleh belaskasihan seperti Ibu Teresa, tentu kita akan segera membantu sesama yang sangat membutuhkan bantuan kita. Untuk itu, kita butuh rahmat dari Tuhan. Rahmat ini kita butuhkan, agar kita kuat dalam melibatkan diri untuk membantu mereka yang miskin, sakit dan terlantar.
Sebagai orang beriman, hati kita mesti mudah tergerak oleh penderitaan sesama. Karena itu, mari kita mendidik diri kita agar mudah tergerak melihat sesama yang menderita. Bayangkan, kalau mereka yang menderita itu adalah kita sendiri. Tentu kita butuh bantuan dari orang lain. Karena itu, mari kita mengulurkan tangan untuk membantu sesama yang menderita. Tuhan memberkati. ** Frans de Sales, SCJ