Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”
Ada seorang yang biasa dan bukan siapa-siapa (nobody) ingin sekali serta bermimpi menjadi orang penting dan luar biasa (somebody), dia terus berjuang keras, berusaha, bergaul, berelasi dan belajar tentang banyak hal untuk menggapai mimpinya. Usahanya tidak sia-sia, kerja kerasnya sungguh dihargai orang dan Tuhan mengabulkan mimpinya, namun setelah sekian tahun menjadi orang penting atau publik figur, dia kembali menyesal dan merasa tidak punya kebebasan lagi.
Dulu dapat pergi kemana saja dengan bebas, duduk di trotoar atau nongkrong di warteg, tiada yang peduli. Makan sambil ketawa keras, bahkan usil terhadap orang yang lewat pun cuma dilihat dengan muka cemberut atau kena marah oleh yang jadi korban, tetapi sekarang sudah tidak bisa lagi, semua menjadi serba terbatas, selalu menjadi incaran wartawan atau paparazi, jika usil kepada orang lain tentu akan berbuah musibah, karena korban akan menuntut secara hukum.
Ingin kembali seperti dulu sudah tidak bisa, ingin jalan terus dengan gaya hidup selebriti juga tidak kuat, baik biaya maupun mental, akhirnya menjadi serba salah dan stress. Dia lupa bahwa untuk menjadi seseorang yang penting (somebody) itu harus kuat mental dan siap lahir bathin serta rendah hati, karena resikonya besar. mampu menjadi bintang/selebriti atau orang penting tetapi secara mental tidak siap, maka hal itu akan membunuh kehidupan sendiri secara perlahan tapi pasti, mulai dengan stress karena tidak bisa menjadi diri sendiri, depresi akan tekanan publik, lalu ambil jalan singkat dan berteman dengan setan, mulai mabuk-mabukan, judi, narkoba, selingkuh, sehingga reputasinya menjadi hancur seketika.
Banyak sudah contoh yang ada, ketika seseorang menjadi terkenal, banyak uang dan selalu dielu-elukan orang, kehidupannya menjadi sombong, tinggi hati, paranoid, tempramental, akhirnya depresi lalu meninggal secara misterius, mereka hanya siap menjadi terkenal tetapi tidak siap akan resiko, seandainya mau belajar tetap rendah hati, seperti yang dilakukan oleh Yesus, diteladani para santo/santa, tentu akan lain ceritanya. Lihatlah Yesus, walau terkenal dan hebat, tetapi Dia tetap rendah hati, melayani dan idealis.
Adalah amat menyedihkan sebagai manusia, ketika tidak dapat menjadi diri sendiri, segalanya sudah menjadi konsumsi materialis, mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut harus diatur, tentulah hal ini tidak berbeda dengan robot yang bernyawa. Banyak sekali selebriti dan orang-orang penting yang kehilangan nyawanya ketika dia meninggalkan imannya, dan hal ini berkali-kali ditekankan oleh Yesus, bahwa menjadi terkenal, hebat dan kaya tidak harus membuat kita kehilangan jatidiri, jika tetap beriman dengan baik, maka jadilah orang biasa yang sederhana, tetapi menghasilkan sesuatu yang luar biasa bagi sesama dan kehidupan, seperti Yesus mengusir setan dalan diri seorang anak. [Samsi Darmawan]
==============================================================================================
Bacaan Injil Markus 7:24-30
Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Maka kata Yesus kepada perempuan itu: “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.