Kalau saya menangkap dari pesan Yesus hari ini, bukanlah kebiasaan baik membersihkan tangan sebelum makan yang dikritiknya, tetapi ada maksud negatif dibalik kritik tersebut, dimana banyak orang Yahudi termasuk kita sendiri hanya peduli mengikuti dan menjalankan adat dan kebiasaan saja, tetapi tidak paham akan makna dan tujuannya.
Soal yang paling sederhana saja, ternyata banyak diantara orang Katolik yang tidak mengerti apa itu Sakramen, bahkan dibuat plesetan, bahwa “Sakramen kalah hebat sama Superman” – kemudian soal Ibadat Misa yang diikuti setiap hari, banyak orang tidak bisa membedakan Ibadat Misa harian, hari Minggu, Tri hari suci, Natal, ujud khusus dan lain-lain. Ada teman (saya sendiri pernah mengalami), setelah mengikuti Misa harian yang kebetulan diadakan pada hari Sabtu, ini sudah dianggap sama dengan misa hari Minggu, padahal itu dalam acara ulang tahun atau pemberkatan rumah, maka sejak itu Gereja melarang umat untuk mengadakan ibadat misa di rumah atau lingkungan pada hari Sabtu sore dan Minggu selain di Paroki/Gereja.
Soal urutan tata ibadat misa pun hanya diikuti dengan kebiasaan belaka, mulai dari mencelupkan tangan ke air suci dan membuat tanda salib, tobat sebagai orang berdosa, dan seterusnya hingga konsekrasi dan berkat perutusan adalah penting semua, tetapi masih banyak diantara kita yang sengaja datang terlambat dan pulang duluan sebelum imam turun dari altar.
Soal sederhana yang lain, bahwa setiap orang Katolik yang sudah di Baptis pasti punya nama Santa/Santo Pelindung, tetapi berapa banyak yang sungguh mengenal mereka, mulai dari sejarahnya, tanggal-tanggal penting mereka, kemudian hal-hal baik yang dilakukannya yang membuat mereka menjadi santa/santo. Maka teguran Yesus diatas tidak terbatas kepada kaum farisi dan Ahli Taurat, tetapi juga kepada kita semua, agar mengenal Yesus seutuhnya, bukan hasil dari cerita dongeng yang tidak jelas asalnya atau cukup puas dengan penjelasan dari orang tua, teman, guru agama, pastor atau biarawati saja.
Untuk mengenal Yesus, kita perlu membaca Injil, meresapinya, mengalaminya, kemudian membaca literatur-literatur yang direferensi oleh Gereja (ada nihil obstat dan imprimaturnya) atau kisah-kisah pengalaman iman orang lain, lalu berbuat dan melayani sesama, dengan demikian kita akan mengerti apa dan siapa yang kita imani tersebut, bukan hanya berdasarkan keturunan atau keterpaksaan atau karena materi dan jabatan.
Beberapa kali saya menghadapi pertanyaan-pertanya an sederhana dari teman-teman seiman, lain agama atau lain denominasi, saya selalu bisa menjawab dengan baik, bukan karena iman yang hebat, tetapi karena terus membaca, mencari tahu, berdiskusi, mengalami dan bersikap kritis, dengan demikian kita semakin mengenal siapa Yesus yang kita imani itu. Artinya tidak cukup hanya dengan membaca Injil, merenunginya dan rajin beribadat saja, lama kelamaan akan kering dan bosan, tetapi cobalah berbuat baik seperti yang dilakukan Yesus terhadap sesama yang lemah dan tertindas. Ingat pesan rasul Yakobus, “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yak. 2:17) – Samsi Darmawan
==============================================================================================
Bacaan Markus 7:1-13
Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid- Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”
Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban–yaitu persembahan kepada Allah–, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”