Natal 2009, Misa Pontifical – Katedral KAJ 25 Desember 2009 - 09.00.
Bersama Rm Kardinal, Mgr. Leopoldo, Dubes Vatican, Mgr. Haryo, Rm Joseph (Kedutaan Vatican) dan Rm Subagyo. Terima kasih untuk Mungky yang telah menyalin homili romo Kardinal dan membagikannya untuk kita yang tidak menghadiri Misa Natal ini.
Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan, terimalah ucapan selamat bahagia natal dari kami untuk Anda semua, semoga damai Tuhan kita Yesus Kristus selalu menjadi damai di hati Anda dan di keluarga Anda.
Natal adalah ungkapan kasih Allah sendiri, kalau Yesus sebagai bayi lahir di dunia dengan senyum-Nya, Ia adalah ungkapan kasih Allah sendiri yang memang mau mengutus Putra-Nya ke dunia untuk menyelamatkan dosa-dosa kita; menyelamatkan kita dari dosa-dosa justru karena kasih-Nya kepada kita. Natal adalah kasih Allah untuk semua bangsa dan untuk semua orang, maka mari mohon berkat semoga pesan natal yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada semua orang dapat menjadi sikap kita bersama. Saudara-saudari terkasih mari memulai acara kita dengan sebentar merenungkan keadaan kita yang juga penuh dosa kelemahan dan membutuhkan keselamatan.
HOMILI Rm Kardinal:
Saudara-saudari yang terkasih, merayakan natal sekarang ini adalah merayakan kelahiran lahiriah kanak-kanak Yesus yang telah menebus dengan sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, menebus dosa kita agar kita didamaikan dengan Allah sendiri dan bersamaan dengan didamaikan dengan Allah kita didamaikan dengan sesama. Kedatangan Yesus tak hanya memberi ajaran kasih tapi juga memberikan diri-Nya sendiri menjadi kekuatan hidup kita sehingga dengan demikian kita telah dibuat mampu untuk berdamai dengan Allah dan berdamai dengan sesama. Maka sebenarnya bersama dengan para malaikat kita sekarang juga dapat membawa warta gembira itu: Kemuliaan kepada Allah yang Mahatinggi dan damai kepada semua orang yang berkenan kepada-Nya.
Saudara-saudari terkasih, sudah sejak lama kita mengalami bahwa perayaan-perayaan natal dan paskah kita selalu diikuti dengan sikap pemerintah dan aparat keamanan yang menjamin keamanan ibadat kita, menjamin bagaimana kita bisa dengan bebas mengungkapkan iman kita. Dari berita-berita, saya baca bahwa Polda Metro Jaya telah menyiapkan 7300 personil untuk perayaan natal di sekitar lokasi 1200 gereja-gereja. Kita sejak tadi malam sampai sekarang memiliki perayaan dengan damai tenang, khusyuk dan penuh kegembiraan maka pantas kita berterimakasih pada semua aparat keamanan dan pemerintah, dengan cara itu mereka menunjukkan sikap yang baik kepada semua orang, seperti halnya Allah baik kepada semua orang. Dan itulah tema dari pesan natal tahun ini. Allah baik pada semua orang.
Tapi tentu kita sendiri merasa malu, mengapa? Karena kita umat beragama belum mampu menunjukkan kehidupan bersama yang rukun dan damai dari diri sendiri dan masih membutuhkan keamanan dan penjagaan, untuk itu, mari kita tingkatkan sikap kita, menanggapi pesan natal KWI dan PGI yaitu bahwa Allah itu baik terhadap semua orang dan semua bangsa maka mari kita baik terhadap semua orang dan semua bangsa juga seperti Allah yang selalu memberikan sinar matahari pada semua orang dan hujan kepada semua saja.
Saya merasa beruntung bahwa sebenarnya umumnya kami telah mampu membangun persaudaraan dengan umat beragama dengan baik, buktinya ketika stasi Albertus, Bekasi yang sedang dibangun, pada tanggal 18 Desember yang lalu didatangi oleh ratusan orang tak bertanggungjawab dan membakar tempat penjagaan, kantor konsultan dan kantor pengawas pembangunan dan merusak gereja, tak kurang orang yang memprotesnya termasuk pemuka-pemuka masyarakat Bekasi mengecam dan mengutuk tindakan tersebut. Demikian Bpk Fachrudin, dosen Universitas Islam Bekasi bersama tokoh-tokoh Islam lainnya. Masih ada orang-orang yang tak bersaudara tapi kebanyakan kita mengalami tumbuhnya persaudaraan antar umat beragama. Kiranya tepatlah tema natal yang dipilih PGI dan KWI karena hanya orang-orang yang dengan serius mengimani bahwa Allah yang menciptakan manusia adalah baik kepada semua orang, baik pada bangsa-bangsa; hanya orang yang berimana pada Allah demikian inilah yang akan mampu melahirkan sikap dan perilaku yang baik kepada semua orang apapun agama dan bangsanya.
Memang kita ingat peristiwa Kitab Suci, yang melambangkan bahwa dalam kehidupan kita ada kuasa kegelapan yang menggoda, Kain digoda untuk menjadi tak senang terhadap adiknya. Rasa iri, dengiki, muncul bahkan akhirnya Kain membunuh adiknya yaitu Habil. Kuasa kegelapan itu ada di mana-mana dan juga dalam hati kita, maka kita harus awas dengan sikap yang namanya benci, iri, tidak suka terhadap orang lain, kita tak boleh mengembangkannya karena kita harus mencintai sesama siapapun dia, justru untuk memperbaiki situasi dunia yang kerap dipecahbelah oleh kuasa kegelapan inilah maka Allah Bapa mengutus putra-Nya Yesus Kristus untuk menebus dosa kit,a tak hanya menebus dosa tapi sekaligus untuk memperbarui cara hidup kita di dunia ini dan memberi kekuatan dari dalam untuk semua orang yang percaya pada-Nya, maka diberikan-Nya bagi kita hukum kasih, kasih yang sampai dengan mau mengampuni dan kita diberi pelajaran dalam doa Bapa kami, yaitu ajaran sikap ini, ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni kesalahan sesama kami. Mengampuni adalah warta gembira natal, warta gembira natal yang terkait dengan nyanyian malaikat: kemuliaan kepada Allah di surga yang mahatinggi dan damai di bumi kepada manusia yang berkenan pada-Nya.
Pengampunan adalah warta gembira, pesan natal. Untuk apa? Untuk menghapus matarantai kebencian yang sering tumbuh di antara kita yaitu balas membalas, pengampunan memutuskan tali rantai yang berputar terus mengenai pembalasan dan memutus rantai itu dan dengan pengampunan tak ada lagi pembalasan maka pengampunan juga akan membawa damai kepada situasi konflik apapun baik dalam keluarga, hidup bersama, di tengah masyarakat dan bangsa.
Kita semua yang merayakan natal pada tahun ini diharapkan oleh PGI dan KWI untuk membawa serta gembira natal dalam sikap dan perilaku ini yaitu tetap bersikap baik dan berbuat baik kepada semua orang siapapun dia. Kita umat Katolik harus dapat menunjukkan jati diri kita sebagai pengikut dan murid Yesus Kristus yang sejati dengan mau mengampuni dan mau menyelesaikan masalah kalau ada masalah. Kita sudah dimampukan untuk itu dan marilah kemampuan kita ini kita hadirkan di tengah masyarakat dan bangsa kita dan dengan demikian kita menuju situasi damai yang lebih mendalam. Bukan kita yang harus membalas mereka yang bersalah, adalah tugas aparat kemamanan dan pemerintah untuk menegakkan hukum dan menghukum mereka yang berbuat salah maka penegak hukum dengan demikian melindungi hak hukum setiap warganya dan dengan demikian mereka berbuat baik pada setiap orang dengan menegakkan hukum dan keadilan.
Kecuali mengampuni, saya masih menyebut satu hal lagi yang masih terkait pesan natal baik kepada semua orang, yaitu hormat akan perbedaan. Semangat pluralis yang sedang kita bangun bersama sebenarnya mengikuti pesan natal itu meski berbeda kita ingin bersatu, ingin bekerjasama bahkan para pendiri negara dan rakyat telah sepakat membangun Indonesia dengan prisip Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda kita satu, perbedaan melahirkan kekayaan bukan perceraian bukan percekcokan atau permusuhan.
Roh dari Bhinneka Tunggal Ika adalah Pancasila. Pancasila sesungguhnya harus ikut serta kita perjuangkan sebagai pesan natal secara konkrit di tengah masyarakat yang sedang membangun. Dengan Pancasila mari wartakan pesan natal bahwa Allah baik terhadap semua orang, maka mari kita baik juga kepada semua orang. Untuk itu mari mohon berkat Tuhan dalam perayaan ekaristi ini. Amin.