“Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”
Saat ini para penegak hukum di Indonesia sedang berpesta, hanya sayangnya pesta kali ini yang di jamu untuk rakyat bukanlah makanan, tetapi sebuah tontonan perkelahian yang melibatkan 2 (dua) lembaga penegak hukum (Polri – KPK), dan yang satu lagi yang juga terlibat mencari posisi aman (Kejaksaan), seharusnya dua atau tiga lembaga ini bersatu padu memberantas kejahatan dalam hal korupsi.
Pesta perkelahian kedua belah pihak yang membahasakan dirinya sebagai buaya (Polri) dilawan oleh cicak (KPK) ini terus saja menari diatas genderang gendang yang ditabuh oleh orang lain, dan rakyat yang pada awalnya hanya menonton dan memperhatikan mulai terlibat emosi, karena pesta tak kunjung usai dengan irama gendang yang semakin sumbang sehingga membuat gendang telinga menjadi sakit.
Amanat rakyat kepada pemerintah sekarang adalah jelas, salah satunya memberantas korupsi yang sudah puluhan tahun menyedot darah ekonomi rakyat, maka ketika sebuah lembaga yang mendapat tugas khusus memberantas korupsi melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh, mulailah banyak pihak yang merasa terganggu dan merasa otonomi wilayahnya dilanggar, kemudian hal inipun bertemu dengan kepentingan- kepentingan lain, sehingga pihak-pihak yang terganggu ini berkomplot membuat sebuah konspirasi untuk melawan.
Sebagai awam, saya hanya merasa bahwa lembaga KPK ini dibentuk untuk memberantas korupsi oleh Presiden, karena dua lembaga penegak hukum yang ada, dianggap kurang maksimal, bahkan cenderung menghindarkan diri atas tugas tersebut, seperti para tamu yang menghindarkan diri dari jamuan pesta yang diadakan Tuhan. Dapat dibayangkan, jika tiga lembaga ini bersatu padu, alangkah luar biasanya kekuatan mereka dan dalam waktu singkat, pasti korupsi akan bersih dari negri ini. Mengapa mereka berkelahi? Kasusnya seperti sebuah sinetron yang tiada berujung, terlepas dari soal siapa salah dan siapa benar, hal ini bisa saja terjadi karena ada kepentingan yang lebih besar yang hendak dilindungi oleh masing-masing. Bukankah atasan kedua/ketiga lembaga ini adalah Presiden, seharusnya mereka bisa dipanggil duduk bersama dan diajak bicara dalam forum yang terbatas.
Seandainya tiada kepentingan besar, tentunya pesta ini akan menjadi indah dan tontonan yang menarik, bukan memuakkan dengan musik yang merusak pendengaran. Bukankah masing- masing pihak punya kuasa untuk mendapatkan bukti atas kejahatan-kejahatan yang disinyalir sangat merugikan rakyat tersebut. Saat ini rakyat masih sabar menunggu dan memberi waktu, karena percaya keadilan akan menang, dan diharapkan hakim Mahkamah Konstitusi tidak buta dan tuli, serta Tim Pencari Fakta bekerja atas arahan Roh Kudus, jangan sampai rakyat mengambil mandat tersebut dan harus menjadi hakim, akibatnya sungguh mahal.
Catatan pribadi:
Pemerintah atau pejabat kita tidak pernah mau belajar, bahkan mungkin saja tidak rela negri ini menjadi benar dan bersih, karena persoalan adalah cermin akan sikap dan budaya arogansi kekuasaan yang merasa otonomi atau privasinya dilanggar, maka terjadilah saling tuduh soal siapa yang korupsi, dan lebih aneh lagi selalu melibatkan pihak luar yang dalam hal ini adalah pengusaha nakal tetapi tidak pernah dijadikan fokus, maka persoalan yang sederhana ini jika terus dibiarkan akan menjadi bola salju yang kusut dan liar. Akibatnya: ” Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku. [Samsi Darmawan]
==============================================================================================
Lukas 14:15 – 24
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”
Tetapi Yesus berkata kepadanya: ” Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.
Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.
Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.”