Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena dari pada-Nya keluar suatu kuasa, dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Dengan kompetisi yang semakin tajam, perusahaan besar yang bisa bertahan adalah dimana komunikasi dua arah, atas bawah serta kiri kanan saling terjalin. Di beberapa sesi bersama klien sering terungkap betapa frustasinya karyawan pelaksana bila harus berhubungan lintas fungsi. Prioritas yang berbeda membuat banyak friksi terjadi di tingkat operasional akibat proses pengambilan keputusan yang salah atau justru menjadi lamban. Tetapi begitu terjadi komunikasi antar pimpinan antar bagian, maka segala hal menjadi mudah. Gak ada ewuh pakewuh akhirnya subyektivitas pun tersingkir. Memang harus ada waktu yang disediakan untuk menyamakan visi, saling memahami keterbatasan dan ketergantungan satu sama lain dan akhirnya membentuk kesepakatan bersama untuk menggapai visi bersama.
Kita sering lupa bahwa apa yang terjadi dalam keadaan sehari-hari juga terjadi dalam kehidupan spiritual kita. Kesibukan yang mendera dari pagi hingga malam, dari senin hingga minggu, hanya membuat kita berpikiran ‘silo’ – cuma memikirkan diri sendiri, tidak perduli kiri kanan apalagi atas bawah. Harus ada waktu untuk ‘berdiam’ – untuk merefleksikan diri - untuk menajamkan visi dan menyelaraskan kembali arah hidup kita, sebelum kita sendiri sadar bahwa sebenarnya kita sudah melesat menjauhi tujuan hidup Ilahi yang diberikan pada kita.
Injil hari ini mengingatkan kita akan kuasa doa. Bukan sekedar kuantitasnya yang penting, tapi lebih pada kualitasnya. Doa yang dilakukan Yesus memang extra-ordinary, termasuk kelas tertinggi. Ia sudah masuk pada tingkatan spiritual warfare – peperangan rohani dalam menentukan dan merebut jiwa-jiwa terutama memilih orang-orang yang terbaik. Dalam doa yang sudah tidak lagi mengutarakan keinginan pribadi dan tidak lagi memikirkan waktu, hingga berlanjut semalam-malaman, Ia lebih mengutamakan pentingnya merangkul dan mencari jiwa-jiwa yang nyaris terhilang, apalagi mereka yang sakit jasmani dan rohani. HatiNya penuh dengan kerinduan untuk dapat mempersembahkan jiwa-jiwa bagi kemuliaan Tuhan, Ia berebut dengan kekuatan gelap yang juga merasa berhak menarik jiwa-jiwa kedalam kematian kekal.
Maka tidak heran kalau begitu selesai berdoa, Yesus yakin sekali bahwa perjalananNya kemudian pasti lancar. Ia mampu memilih murid-muridNya yang akhirnya menjadi ring-1 Nya, yang juga harus memiliki visi dan spirit pelayanan yang sama, dan akhirnya meneruskannya dikemudian hari. Tidak hanya itu, sepanjang karyaNya, Yesus membebaskan banyak orang dari kuasa jahat dan menyembuhkan orang sakit. Ada kuasa yang keluar yang begitu kuat menarik orang-orang ini untuk mendengarkan dan mengikutiNya.Kuasa yang sangat besar bahkan mampu menyembuhkan mereka yang sakit. Kuasa yang begitu penuh dengan kasih yang tidak sanggup mereka tolak.
Kuasa yang sama telah diberikan kepada para rasul dan akhirnya diteruskan sampai sekarang melalui karya Roh Kudus. Roh yang sama yang bekerja pada jaman pelayanan Yesus, adalah Roh yang sama yang masih mampu dan berkuasa bekerja bagi kita semua. Hanya bedanya ada memang orang-orang yang menolak dan tidak mendengarkanNya, termasuk Yudas Iskariot. Maka kita pun sebagai manusia bebas, selalu memiliki pilihan. Tapi yang jelas Injil telah diberitakan, dan harus senantiasa diberitakan ke banyak orang. Soal diterima atau ditolak adalah keputusan pribadi. Tetapi yang jelas mereka yang melakukannya dengan diawali doa yang tidak berkeputusan, dengan rasa kasih luar biasa, pasti mengalami panen yang melimpah. Karena kuasa yang sama pada Yesus juga bekerja pada kita para pewarta Kabar Baik,
Mari senantiasa melatih diri untuk menyisihkan waktu melatih kepekaan dalam doa yang terus meningkat sampai pada kerinduan untuk senantiasa merangkul jiwa-jiwa yang sakit, yang nyaris terhilang, yang perlu disapa. Sehingga satu persatu dapat dikumpulkan disembuhkan dan akhirnya ikut memuliakan Tuhan. Itulah buah yang termanis dalam peziarahan hidup kita. Tidak ada artinya hidup apa bila hanya memikirkan diri sendiri. Tapi manakal hidup kita berbuah manis bagi orang lain, oh alangkah indahnya hari-hari yang diberikan Tuhan pada kita. Lewat berbagai kesulitanpun kita bisa memanen buah kasih dan buah perbuatan serta buah jiwa-jiwa untuk kebesaran Kerajaan Surga. Jangan buang waktu dengan berbagai friksi akibat pola pandang kita yang sempit, tetapi dengan melatih diri dalam meningkatkan kualitas doa kita membuka diri pada rahmat Allah, kita akan lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan sejalan dengan rencana keselamatan Tuhan.
=============================================================================================
Bacaan Injil Lukas (6:12-19)
Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul. Mereka itu ialah: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, Andreas saudara Simon, Yohanes dan Yakobus, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya, dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem, dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena dari pada-Nya keluar suatu kuasa, dan semua orang itu disembuhkan-Nya.