“Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!”
Indera `mata’ atau penglihatan merupakan salah satu dari lima indera yang cukup penting. Orang buta berarti mengalami kekurangan atau kelemahan untuk menerima aneka informasi yang dapat dilihat dan dinikmati melalui mata; yang bersangkutan juga dapat dengan mudah ditipu atau dikelabui orang lain. Dengan mata atau penglihatan yang baik kita dapat menikmati panorama atau pemandangan yang indah serta menyegarkan, entah itu tanaman, binatang maupun manusia atau alam pegunungan, dst. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan orang buta, yang berteriak-teriak mohon penyembuhan dari Yesus. Yesus pun tergerak hatiNya oleh belas kasihan dan akhirnya menyembuhkan orang buta tersebut sehingga dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!’, demikian sabda Yesus kepada orang buta tersebut, dan ia pun sembuh, dapat melihat, kemudian “ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya”
“Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mrk 10:52)
Mungkin di antara kita tidak ada yang buta matanya, namun kiranya ada yang kabur atau buta mata hatinya. “It be better to follow the blind man than to follow the blind heart”, demikian rumor yang berkembang ketika Gus Dur, yang buta matanya, terpilih menjadi presiden RI. Ungkapan tersebut apakah merupakan bentuk kekecewaan atau kebanggaan, nampaknya tidak jelas. Saya pribadi terkesan dengan rumor tersebut, dan setelah saya refleksikan hemat saya memang benar bahwa buta mata hati lebih merugikan daripada buta mata phisik. Buta mata hati berarti tidak/kurang beriman, sehingga orang yang buta hatinya akan hidup seenaknya sendiri, mengikuti selera pribadi, tidak mengikuti kehendak Tuhan atau menghayati janji-janji yang pernah diikrarkan.
“Imanmu telah menyelamatkan engkau”, demikian sabda Yesus kepada orang yang buta matanya. Beriman berarti mempersembahkan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dalam cara hidup serta cara bertindak setiap hari senantiasa mentaati dan melaksanakan aturan atau tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusannya, dan dengan demikian selamat, damai sejahtera. Maka jika kita mengakui diri sebagai orang beriman, marilah kita mawas diri: sejauh mana kita melaksanakan atau menghayati aturan dan tatanan hidup yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing? Jika kita masih sakit-sakitan, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh, berarti kita kurang atau tidak beriman.
Setelah disembuhkan si buta langsung mengikuti Yesus dalam perjalananNya, artinya ia berjalan bersama dan bersatu dengan Tuhan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus/Tuhan, kita dipanggil mengikutiNya dalam perjalananNya, yang tidak lain berjalan atau pergi kemanapun dan dimanapun untuk menyelamatkan atau membahagiakan orang lain. Kita dipanggil untuk membahagiakan orang lain dalam dan melalui cara hidup, cara bertindak serta sepak terjang kita setiap hari. Kita semua kiranya memiliki mata tubuh yang sehat alias dapat melihat segala sesuatu dengan jelas, maka kami harapkan setelah melihat dan mungkin menemukan sesuatu yang tidak baik, tidak beres dan amburadul, hendaknya langsung diperbaiki, dibereskan dan diatur. Kami percaya jika kita sungguh beriman, maka ketika melihat sesuatu pasti langsung tergerak untuk melakukan sesuatu yang menyelamatkan dan membahagiakan. Orang sungguh beriman pada umumnya juga lebih melihat ke bawah dari pada ke atas, sehingga melihat kenyataan yang ada dengan jelas serta hidup dalam kenyataan bukan mimpi-mimpi; ia rendah hati. [Ign Sumaryo, SJ]
===============================================================================================
Mg Biasa XXX: Bacaan Injil Mrk 10:46-52
Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.