Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Saya percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan kuat untuk hidup lebih layak dan lebih baik dari sebelumnya. Banyak cara yang ditempuh, apakah dengan meraih pendidikan setinggi-tingginya, berusaha berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan dalam bisnis, ataupun berinvestasi dalam berbagai hal. Tidak ada yang salah mengenai hal ini, karena memang kita diberikan kebebasan dan kebijaksanaan untuk menggunakan seluruh pemikiran dan talenta kita untuk membuat hidup lebih baik.
Tantangannya adalah saat kita tidak mengetahui apa yang ada didepan kita, membuat kita ragu, membuat kita membandingkan dengan pengalaman lalu. Apakah ada jaminan akan menjadi lebih baik? Atau beranikah kita melangkah dan merebut kesempatan yang datang sebagai kesempatan untuk justru membuat kehidupan kita lebih baik?
Tawaran dan ajakan Yesus terhadap seorang muda untuk mengikut Dia, membuatnya ragu sejenak walau sempat ia terpesona dengan karya Yesus sehingga bersedia ikut kemanapun Yesus pergi. Tetapi sebagai anak tertua dalam tradisi Yahudi, mengikuti dan mempersiapkan penguburan orang tua adalah kewajibannya. Dan bila ia melalaikannya maka ia akan kehilangan hak nya atas warisan. Yesus pasti tahu bahwa bapak orang muda ini meninggal, tapi Yesus pun lebih tahu apa isi hati orang muda ini. Olehkarenanya Yesus menantangnya, manakah yang ia pilih mendahulukan haknya mendapatkan warisan ataukah memilih mengutamakan keselamatan hidupnya bersama Yesus. Keduanya memang kesempatan yang datang yang harus dipilih si orang muda ini. Sayangnya ia mendahulukan keperluan duniawinya dibandingkan keselamatan dirinya. Ia tidak yakin bahwa dengan mengikuti Yesus ia mendapatkan jaminan hidup yang lebih baik. Ia lebih yakin harta bapaknya bisa menjanjikan kehidupan duniawi yang lebih baik. Inilah yang dimaksud ‘orang mati menguburkan orang mati’, si orang muda memilih menolak kesempatan untuk mendapatkan keselamatan jiwanya dengan ikut menguburkan bapaknya.
Apakah pilihan kita serupa dengan si orang muda? Beranikah kita menolak kesempatan yang diberikan Tuhan? Betul tidak ada jaminan bahwa mengikut Yesus itu mudah, tantangannya banyak bahkan Yesus pun tidak sempat istirahat dan tidak boleh terlena , meletakkan kepala merebahkan diri pun tidak sempat. Terlalu banyak hal yang harus dilakukan dan tidak boleh ditunda. Tidak sempat lagi memikirkan masa lalu, tidak sempat lagi menoleh kebelakang. Karena kalau kita terpaku pada masa lalu, membandingkan kenikmatan yang pernah dimiliki, maka kita akan menolak kesempatan yang Tuhan berikan, yang membuat kita ragu untuk melangkah.
Tidak ada petani yang bisa membajak sambil menoleh kebelakang. Ia harus mengarahkan sapi dan kerbaunya yang berada didepannya. Harus pada jalur yang benar agar pekerjaan selesai dan ladang siap ditanami. Maka sebagai pengikut Kristus, janji Tuhanlah yang seharusnya menjadi pegangan kita untuk melangkah kedepan, Ia tidak menjanjikan hidup pasti akan mudah bagi kita, tapi jelas Ia akan setia menyertai kita sampai selamanya. Immanuel – Allah beserta kita.
==============================================================================================
Lukas 9:57 – 62
Ketika Yesus dan murid-murid- Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.”
Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”