“Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.“
Saat ini negri kita sedang gonjang ganjing akan berita yang pencaplokan budaya oleh negara tetangga, bahkan persoalan makin merembet ke soal-soal lama yang sungguh berbeda urusannya. Saya akhirnya tergelitik untuk memperhatikan masalah ini, ternyata belum ada penjelasaan atau pengumuman resmi secara kenegaraan bahwa negara jiran yang merupakan tetangga kita tersebut berniat mengakui budaya Indonesia.
Memang ada di dalam iklan pariwisata mereka, sekelumit iklan Tari Pendet dari Bali ini rupanya menjadi sumber ketersinggungan kita, menganggap itu sebuah pengambilan budaya. Ketika mendengar penjelasan Mentri Budaya dan Pariwisata, Jero Wacik di Metro TV semalam, jelaslah tampak kita mudah marah tanpa jelas dulu duduk perkaranya. Diceritakan oleh beliau, ketika terjadi masalah Reog Ponorogo 2 tahun yang lalu, itu adalah kesalahan biro iklan swasta disana, pemerintah Malaysia tidak ikut campur, tetapi setelah diajak bicara baik-baik, mereka paham dan langsung mengoreksinya serta minta maaf. Bagaimana jika terjadi sebaliknya?
Menurut hemat saya, daripada harus bekelahi dan marah, mengumbar energi negatif, lebih baik ber-sinergi saja untuk membentuk iklan budaya-pariwisata bersama, artinya dalam satu paket kerjasama antar negara yang win-win solution, misalnya membuat satu paket Tour, Kuala Lumpur-Penang- Kuching-Pontiana k-Bali-Lombok, atau sebaliknya karena sebagai bangsa serumpun yang seperti saudara sekandung, tentu tidak baik berkelahi. Tentunya diplomasi kebudayaan ini akan menyelesaikan banyak soal, terutama untuk Go-International.
Disinilah tampak adanya sentimen pribadi antar bangsa lebih mendasari, daripada soal pencaplokan yang sesungguhnya, padahal kitapun juga memasukkan budaya barongsai dalam iklan pariwisata kita, juga ketika musik Keroncong masuk dalam iklan di Jepang, tiada seorangpun yang ribut. Disinilah letak keanehan kita semua yang hanya latah ikutan marah tanpa sebab, karena di motivasi oleh media massa, bukankah sama dengan orang-orang Israel ketika mendengar perkataan Yesus, walau benar yang dikatakanNya, tetapi rasa tersinggung dan kemarahan lebih dikedepankan.
Sungguh sayang sekali, negri yang sungguh indah ini masih juga belum dikenal banyak bangsa di seluruh dunia, padahal banyak sekali lokasi wisata yang indah dan pasti didatangi turis manca negara jika kita pandai menawarkannya. Memanfaatkan kelemahan lawan dengan cerdik akan membuat kita memetik nilai positip, seperti Yesus yang mampu meloloskan diri dari kemarahan orang banyak yang hendak melemparkan Dia ke Jurang, karena tidak ikut emosi.[Samsi Darmawan]
==============================================================================================
Bacaan Luk 4:18-30
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.”
Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
”