Persoalan najis dan tidak najis, atau halal dan tidak halal, sering kali menjadi perdebatan yang mengundang kontoversi yang sengit dalam kehidupan beragama, terutama dalam aga-agama besar di dunia. Misalnya persoalan: manakah makanan yang dianggap najis dan mana yang tidak. Manakah orang-orang yang dianggap najis dan manakan orang-orang yang dianggap bersih. Manakah pikiran-pikiran yang dianggap najis dan manakah yang tidak. Persoalan tersebut di atas menjadi sangat hangat dan panas tatkala orang-orang menggunakan latarbelakang pemikiran agama menjadi sumber utama.
Seharusnya semuanya harus menerima perbedaan semacam ini. Ini adalah perbedaan pemahaman yang sekaligus kekayaan yang seharusnya dihargai dan dimenngerti dalam kehidupan yang serba pluralitas.Dalam tulisan ini, saya hanya ingin membagi dengan sangat sedikit pemahaman Kristen tentang najis dan tidak najis. Konsep tentang najis dan tidak najis dalam Kristen didasarkan pada pengajaran Yesus sendiri kepada para pendengar-Nya. Ini tentu harus dimengerti dengan latarbelakang tradisi, kultur dan budaya Yahudi-Israel waktu Yesus hidup. Orang Kristen juga tidak bisa mengerti pengertian ini berdasarkan konsep dari budaya dan kultur lain seperti Eropa, Amerika ataupun Arab. Kalau boleh jujur, justru kultur Arab dan Yahudi banyak yang mirip dan sama (karena latar belakang sebagai daerah Timur Tengah).
Pengajaran Yesus tentang najis dan tidak najis, secara jelas ada termuat dalam Injil Markus 7:1-8, 14-15, 21-23. Inti yang mau disampaikan ialah kritikan Yesus tentang pandangan bangsa Yahudi tentang manakah makan yang najis dan manakan yang tidak. Yesus berhadapan dengan orang Yahudi yang taat agama dan juga budayanya. Mereka mengatakan bahwa para murid Yesus, jika pulang dari bepergian tidak mencuci tangan dulu sebelum makan. Mereka melihat bahwa itu adalah tindakan yang najis dan makanan juga menjadi najis oleh karenanya.
Pengajaran Yesus tentang najis dan tidak najis, secara jelas ada termuat dalam Injil Markus 7:1-8, 14-15, 21-23. Inti yang mau disampaikan ialah kritikan Yesus tentang pandangan bangsa Yahudi tentang manakah makan yang najis dan manakan yang tidak. Yesus berhadapan dengan orang Yahudi yang taat agama dan juga budayanya. Mereka mengatakan bahwa para murid Yesus, jika pulang dari bepergian tidak mencuci tangan dulu sebelum makan. Mereka melihat bahwa itu adalah tindakan yang najis dan makanan juga menjadi najis oleh karenanya.
Tetapi Yesus mengatakan dengan tegas kepada mereka: “bukanlah sesuatu yang masuk ke dalam perut itu najis. Justru semua yang masuk ke dalam perut atau yang di makan adalah baik dan tidak najis tetapi yang ke luar dari dalam hati Anda berupa penipuan, pikiran jahat, kebencian, perzinahan, dan pikiran jahat lainnya addalah najis”. Dengan demikian jelas bahwa yang membuat najis seseorang ialah pikiran dan tindakan jahat yang ke luar dari dalam hati dan pribadi manusia dan bukan pelbagai jenis makanan atau sesuatu yang lain yang masuk ke dalam perut. Allah menciptakan segala sesuatu itu baik untuk kebutuhan manusia (sejauh itu dilihat dari segi moralitas univesitas dan khusus), karena diperbolehkan untuk “dimasukan ke dalam perut atau tubuh”, dan inilah yang membuat manusia itu bersih, sehat, dan baik. Tetapi justru segala tipu daya, kebohongan, kebencian, dan pikiran jahat lainnya (dan apalagi telah terimplementasi dalam tindakan), itulah membuat diri dan pribadi manusia menjadi najis, tidak baik, najis dan buruk.
Tentu, perkataan Yesus ini menyadari para pemimpin Yahudi-Israel tentang arti sesungguhnya dari najis dan tidak najis. “Bukan segala sesuatu yang masuk ke dalam perut itu yang membuat orang najis, tetapi yang ke luar dari dalam hati dan pikiran berupa kebencian, tipu daya, pencurian, kesombongan, dan pikiran dan tindakan jahat lainnya; itulah yang membuat manusia itu najis”. Dengan manusia menajiskan dirinya, sebenarnya bukan dengan memakan sesuatu atau dengan segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh (sejauh benar secara moral) tetapi segala sesuatu yang tidak baik yang lahir dan keluar dari dalam hati dan pikiran manusia itu sendiri.
sergio lay, OFM Cap – giuslay.wordpress.com
===============================================================================================
Bacaan Mrk 7:1-8, 14-15,21-23
7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: /”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
7:14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: /”Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.
7:15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.
7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: /”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
7:14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: /”Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.
7:15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”
7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.
7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
October 4, 2009 at 5:08 pm
saya mau bertanya apakah perselingkuhan di kristen di haramkan
October 5, 2009 at 2:13 pm
Yesus sudah mengingatkan bahwa menginginkan seseorang baru dalam tahap pikiran saja sudah dianggap ‘berzinah’. Karena kalau hal ini didiamkan dan bahkan dibiasakan akan menjalar kemana-mana, mengganggu kegiatan keseharian dan akhirnya berujung dengan tindakan yang merusakkan segala yang sudah baik. Akan ada orang-orang yang menjadi terluka karena ‘tindakan’ tersebut, anak, pasangan dan keluarga besar, bahkan bisa berdampak ekonomi seperti kehilangan posisi, pekerjaan dan usaha.
Jadi kita diingatkan agar senantiasa menjaga pikiran sebelum terlanjur terpeleset menjadi perkataan dan tindakan yang salah dan melukai banyak orang.
August 31, 2010 at 12:05 pm
syalom…….Salam kenal saya Rut debora Butarbutar saya mau tahu kalau dari segi dogmatikanya bisakan saya tahu pandangan kristen tentang haram dan halal dan apakah saya bisa tahu referensi buku untuk membahas ini, terimakasih. Tuhan memberkati