“Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”
Mudah sekali kita membuat janji saat lagi senang, saat lagi mengharu biru. Paling sering kita lakukan saat menjalani retret atau setelah mendapat sakramen pengakuan dosa. Pengalaman emosi sesaat membuat kita mudah menjanjikan segala sesuatu yang bahkan kita sendiri baru sadar saat impian tersebut menghadapi kendala.
Apa yang dijanjikan rasul Petrus untuk membuat tiga kemah di saat emosinya melambung mengalami peristiwa supranatural, toh akhirnya bisa hilang bahkan ia menyangkal mengenal Yesus di kemudian hari. Orang yang sama yang mengagungkan Yesus bisa menjadi orang yang sama yang mengingkariNya. Maka Yesus minta Petrus tidak mengumbar pengalaman dan kesaksian pribadinya sampai saatnya tiba Ia dimuliakan, sampai saat fakta membuktikan bahwa Ia sungguh bangkit diantara orang mati.
Satu hal yang kita renungkan hari ini, senantiasa memelihara mata hati dan kepekaan akan rahmat Allah membuat iman kita tidak seperti yoyo yang sebentar naik dan sebentar turun tergantung emosi kita saat itu. Iman percaya tidak tergoyahkan dengan perasaan. Ia akan tinggal tetap bahkan sudah dibuktikan bahwa pengharapan akan kebangkitan adalah nyata, walaupun kita bisa saja lalai suatu saat.
Sekali-sekali retret perlu, mengambil sakramen pengakuan dosa sebulan sekali sangat baik. Tapi justru ‘after care’ setelah retret dan pengakuan dosa selesai harus menunjukkan adanya perbaikan perilaku dan pikiran serta tindakan yang sungguh memuliakan Tuhan. Semoga iman percaya kita adalah iman yang sungguh-sungguh berakar pada Kristus dan tidak terpengaruh atau harus dibangun berdasarkan emosi sesaat saja.
==================================================================
Bacaan Mrk 9:2-10
“Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati.”