“Ikutlah Aku.”
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=2CPg9GWBoL0]
Krisis kepemimpinan rasanya sudah merambah keberbagai wilayah kehidupan bangsa ini. Coba saja kita perhatikan usia para pemimpin yang ada di berbagai organisasi besar, terutama yang memiliki pengaruh dan jumlah anggota yang amat banyak. Baik itu organisasi keagamaan, partai politik, lembaga profit dan non profit dan juga perusahaan yang sudah berdiri diatas 20 tahun. Tidak banyak organisasi yang mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru yang siap memegang tongkat kepemimpinan dalam waktu 5-10 tahun. Walhasil yang terjadi adalah one line of command. Kalaupun ada ‘pentolan-pentolan’ yang dipasang, para senior ini masih memberikan komando di belakang layar.
Dalam suatu seminar yang saya hadiri, ada 8 panelis pembicara dan hampir seratus peserta hadir. Topiknya sekitar politik dan peranan Gereja didalamnya. Menarik juga melihat dari sekian banyak pembicara hanya dua yang usianya kepala 3, tidak ada yang kepala 4 dan 5, sisanya kepala 6 dan 7. Belum lagi dari peserta yang kurang lebih merepresentasikan kelompok umur yang serupa. Wow… jelas tampak ada generation gap disana. Belum lagi urusan gender, 10 % perempuanpun tidak ada rasanya.
Hal ini membuat keprihatinan tersendiri bagaimana sulitnya seorang leader bisa berhasil mempersiapkan pemimpin, bukan hanya kuantitas tapi juga kualitas. Kualitas pemimpin bisa terlihat menonjol justru karena dibandingkan dengan pemimpin lainnya. Kuantitas penting, tapi kualitas jauh lebih utama. Untuk itu dibutuhkan komitmen dan kesabaran mendampingi para kader calon pemimpin masa depan.
Tidak usah bicara organisasi atau partai politik dan lembaga agama, dalam lingkup keluarga sendiri, para orangtua ditantang mempersiapkan anak-anak menjadi pemimpin diantara teman-teman dan lingkungannya. Bisa kah mereka menjadi panutan dan teladan atau menjadi idea generator, berani mengemukakan pendapat, menggerakkan orang lain untuk berkontribusi, dan berbagai sikap yang positif dalam mengambil keputusan serta berani menghadapi resiko atas pilihan-pilihannya.
Perikop hari ini mengajarkan kita bagaimana Yesus menantang Petrus untuk ‘meniru’nya, untuk mengikuti Dia dalam arti melakukan apa yang Dia lakukan, yaitu sebagai gembala bagi kawanan orang-orang yang dipercayakan kepadanya. Petrus tahu tidak akan mudah menjadi kepala, menjadi leader dan sekaligus pemimpin bagi murid-murid yang beragam corak karakternya. Petrus sadar bahwa ia pun tidak sempurna, pernah menyangkal Yesus 3 x dan semua muridpun tahu kelemahannya. Akhirnya karena Yesus mempertanyakan bukti dari cinta Petrus pada Yesus, ia menerima tawaran berat tersebut. Petrus tahu ia yang lemah tidak akan mampu melakukannya, tapi ia percaya kalau Yesus sudah mempercayakannya, pasti Yesus tidak akan meninggalkannya. Petrus mengandalkan Yesus yang pasti akan menolongnya menjadi gembala gereja.
Seorang pemimpin dilahirkan tapi juga dilatih dalam hitungan waktu, ia pun mengalami pahit manis nya kehidupan. Petrus melihat bagaimana Yesus mengajar, membimbing dan berkarya bersama murid-muridNya selama 3,5 tahun. Ada yang berhasil dan ada yang gagal. Yesus melihat potensi yang ada dalam diri Petrus sehingga Ia percayakan penggembalaan selanjutnya pada Petrus. Seorang pemimpin punya kepekaan bahwa dalam diri orang-orang yang dikenalnya ada potensi yang bisa dikembangkan, terlepas dari segala kelemahannya. Seorang pemimpin pun harus memiliki visi jauh kedepan, sama seperti Yesus yang membagikan visinya kepada para murid-muridNya, hanya dengan kasih lah mereka bisa membagikan Kabar Baik keseluruh dunia. Dengan mengasihi Tuhan, mereka mampu melakukan tugas panggilan seberat apapun untuk saling melayani satu sama lain. Kalau Petrus sudah menjawab “I will follow Him”, bagaimana dengan kita, siapkah dengan menanggapi tawaran Yesus dan menghadapi segala konsekwensi setiap panggilan, termasuk panggilan menggembalakan orang-orang disekitar kita? Termasuk memberi kesempatan orang muda dan perempuan mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi? dalam perusahaan? Jawabannya memang ada di tangan anda.
=============================================================================================
Bacaan Yoh 21:15-19
“Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”