Fiat Voluntas Tua

Janganlah Disia-siakan

| 0 comments

“Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”

Kali ini saya menangkap pesan yang disampaikan Yesus adalah menekankan kepedulian dan keprihatinan kita terhadap sesama yang berkekurangan dan termasuk makna tanggung jawab kita sebagai umat Allah yang menjadi pengikut Kristus.

Contoh kasus dalam hidup sehari-hari, sering kali saya mendengar teman-teman yang sudah kawin, mengeluhkan kekurangan pasangan mereka dan negatif, misalnya “terlalu bodoh, boros, tidak mandiri, kalau diajak omong gak nyambung, tidak memuaskan, cerewet, gembrot, kurang gaul, dan lain sebagainya” bahkan kadang  terlalu kasar untuk didengar.

Saya hanya mengelus dada, jika demikian alangkah durhakanya kita sebagai manusia, bahwa pasangan kita yang telah dipilih, telah setia, telah berkorban, telah ini dan itu, kok tega-teganya kita hina, kita negatifkan dihadapan orang lain. Sebagai laki-laki saya mengingatkan teman yang kebetulan laki-laki tersebut, bahwa perempuan itu telah melayanimu, telah melahirkan anak buatmu, telah mengorbankan tubuhnya, waktu, tenaga dan pikirannya tetapi kamu membalas dengan melecehkannya, apa ini yang dinamakan anak Tuhan, pengikut Kristus. Seburuk apapun pasanganmu, janganlah menceritakan kekurangannya pada orang lain, karena itu sama dengan membongkar kedunguan kita sendiri dan menjadi tertawaan.

Kasus lain lagi, ada orang tua yang menelantarkan anaknya, baik dengan sengaja dengan alasan ekonomi yang pas-pas-an, sulit berkarya untuk mendapatkan uang sehingga tidak mampu memberi makan anak-anak atau tanpa sengaja juga karena alasan ekonomi yang se-ra-kah, seluruh waktu digunakan untuk mengejar uang sehingga tidak mengurus makan anak-anak, padahal Yesus memberi contoh agar bertanggung jawab untuk memberi makan kepada orang-orang yang datang kepada kita, jika tidak sanggup janganlah mengundang atau berkegiatan yang mengundang mereka datang.

Kedua hal tersebut diatas adalah sesuatu yang nyata terjadi dalam hidup kita, sering kali kita lakukan tanpa kita sadari, semoga firman Yesus diatas, membuat kita menyadari kesalahan tersebut dan tidak mengulanginya lagi. Bertanggung jawablah apa yang menjadi pilihan kita, jangan pernah membuang atau mengabaikan, hanya karena tidak suka, kecewa, sudah kenyang, bosan atau tidak mau ambil resiko dan sebagainya, maka dari itu Yesus mengingatkan kembali: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” – karena semua itu datang dari Allah dan sudah diberkati.

Kalau kita percaya segala sesuatu itu datang dari Allah dan baik adanya, maka hendaknya janganlah disia-siakan, hingga pada saatnya biarlah Allah sendiri yang mengambilnya. Ada banyak argumentasi dan alasan untuk membenarkan sikap kita ketika menyia-nyiakan berkat dari Allah (betapa mudahnya kita membuang makanan, misalnya) – tetapi pastinya ada banyak cara pula agar hal itu menjadi manfaat dan rahmat. Apalagi hal yang kita sia-siakan tersebut adalah manusia yang kita pilih untuk mendampingi dan anak-anak yang memang kita dapatkan dengan sadar dalam kasihNya, karena ini sama dengan menghina berkat dari Allah.

Samsi Darmawan

==================================================================

Yohanes 6:1-15

Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid- Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid- Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid- Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.” Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Leave a Reply

Required fields are marked *.