Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Dalam kejadian Misa malam natal yang telah lama berlalu, ada sedikit keributan di paroki, dimana ada seorang umat yang dianggap menghina kesakralan tubuh Kristus, kemudian di pukul oleh umat yang ada didekatnya. Padahal jika saja si umat yang melihat ini bisa menegur baik-baik atau mungkin diajak bicara dengan baik-baik dan paham akan roti yang sudah di konsekrir menjadi tubuh Kristus itu akan kembali menjadi roti biasa bagi mereka yang tidak percaya, tentu tidak akan terjadi keributan.
Saya ingat, ketika itu tahun 1996, banyak orang tertarik dengan gerakan Ahimsa atau Non-violence Movement atau gerakan tanpa kekerasan, dan saya salah memahaminya sehingga salah menterjemahkannya, hingga akhirnya diingatkan oleh teman, bahwa yang gerakan anti kekerana itu tidak hanya secara fisik dan sikap saja, tetapi jika harus secara oral atau lisan, tulisan serta pikiran. Maka hal ini menjadi tidak mudah untuk di ikuti.
Dari dua kejadian yang saya alami ini, ada implikasinya dengan apa yang dikatakan oleh Yesus diatas, karena kita sering dan mudah sekali menghukum orang lain tanpa pernah merefleksikan akibatnya, bahkan dengan mudah menunjukkan sikap curiga atau tidak senang, mengeluarkan kata-kata kasar, ancaman bahkan memukul sesama kita, dengan dalih membela Tuhan atau lebih konyol lagi melakukan kekerasan itu atas nama Tuhan, tetapi sebagai pengikut Kristus kita disadarkan bahwa semua itu salah, bahkan berat hukumannya, maka hendaklah kita berdamai terlebih dahulu.
Menurut sejarah gereja, dulu sebelum ikut perayaan Ekaristi kita yang merasa berdosa harus melakukan pengakuan dosa dulu, tetapi sekarang hal itu sudah tidak dilakukan lagi, mungkin karena tidak efektif lagi atau hal lain, akibatnya ruang pengakuan dosa lebih sering kosong, kecuali mendekati Paskah atau Natal saja. Maka jika kita dalam keadaan marah atau mengucapkan kata-kata kasar atau menyimpan dendam atau membuat orang lain celaka, kita tetap menerima tubuh Kristus, hal ini sama artinya kita menghina Kristus, untuk itulah kita harus berdamai dulu atau mengaku dosa, dengan demikian tidak sia-sia ibadat kita dan dijauhi oleh api neraka.
Sebenarnya hal ini telah dinyatakan dalam doa Bapa Kami, dimana bait ”dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Matius 6.12) Ini artinya, kepada Tuhan kita katakan, bahwa kami sudah mengampuni orang lain terlebih dulu dan sekarang kami mohon Tuhan mengampuni kesalahan kami, bukan sebaliknya. Tetapi sayang, doa ini sering kita ucapkan seperti sebuah mantera dan hal yang biasa saja.[Samsi Darmawan]
=================================================================
Bacaan Mat 5:20-26
“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas”