“Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya.”
Selama hampir 5 bulan sosialisasi di dapil sampai tadi malam, tidak jarang saya bertemu komunitas-komunitas yang menganggap caleg DPR RI adalah mesin ATM yang beredar. Gak pandang agama, gak pandang tokoh masyarakat, baik tua muda, konstituen perempuan dan laki-laki memiliki paradigma serupa. Inilah kesempatan ‘meminta’ perhatian dari para caleg sekali dalam 5 tahun, apalagi ketemu caleg DPR RI yang paling jarang turun dan yang kebanyakan hanya TP Tebar Pesona lewat baliho dan stiker. Ada juga konstituen yang tidak perduli bahwa apa yang mereka minta, biasanya sekitar ASU : Aspal, Semen dan Uang, masuk dalam kategori money politic. Kemasannya bisa berbentuk proposal pembangunan rumah ibadah, pembuatan seragam, sarana jalan dan fasilitas olahraga dsb. “Begitulah bu permintaan masyarakat, maka lebih baik saya utarakan terlebih dulu daripada panjenengan membuang waktu jauh-jauh kemari bertemu mereka”. “Ini penting untuk memperlihatkan bahwa panjenengan tidak sama dengan caleg lain yang cuma janji-janji saja dan seterusnya melupakan kami.” Inilah kalimat yang membuat saya tidak bersemangat untuk meneruskan pertemuan seraya mempersilahkan mereka mencari caleg yang berani mengambil resiko dalam memenuhi keinginan konstituen.
Saya tidak mempersalahkan para konstituen ini, karena memang sejak puluhan tahun biasa ‘dimanjakan’ dengan money politic lewat berbagai pemilu dan pilkada. Tapi masalahnya saat ini berlaku UU Nomor 10 Tahun 2008 pasal 274 tentang pemilu dengan ancaman hukuman penjara minimal selama enam bulan dan maksimal 24 bulan. Atau denda materiil minimal Rp 6 juta dan maksimal 24 juta. Jika dalam persidangan terbukti melanggar pasal 274, tentang money politic maka kedudukan caleg terpilih pun bisa dibatalkan. Bisa dilihat puluhan caleg lintas parpol mendapat putusan bersalah karena oknum panwas pasang mata dimana-mana termasuk hadir ditempat terpencil sekalipun! Kalau konstituen tidak mau tahu ataupun tidak tahu UU yang berlaku wajar-wajar saja. Tugas para caleg dan berbagai ormas, KPU dan media lah yang melakukan pendidikan dan pembelajaran politik bahwa money politic bakal menjerat setiap caleg untuk dicoret dari DCT atau dibatalkan kemenangannya.
Disisi lain, kitapun sering melakukan hal serupa – tidak mau tahu dan tidak memeriksa diri bila memiliki suatu permohonan pada Tuhan. Apa yang kita minta hanya untuk dinikmati sendiri, hanya untuk keluarga sendiri dan akhirnya hanya untuk kalangan sendiri. Jangan-jangan kita pun tidak sadar bahwa apa yang kita minta dalam doa permohonan itu bakalan keras banget, tidak bisa dimakan seperti batu; atau yang kita minta itu bakal mematikan serta membahayakan karir bahkan keluarga kita seperti ibaratnya ular yang berbisa.
Lalu bagaimana kita tahu bahwa yang kita minta itu baik dan benar? Satu-satunya cara adalah mengenali kehendak Allah sebagai sang sumber kebaikan. Ia lah yang dapat memberikan yang terbaik bagi kita. Dia jugalah sumber dari segala kebaikan. Maka tidak heran dalam perjalanan peziarahan kita, kita sering berjumpa dengan berbagai pihak yang memiliki tujuan yang sama walau berbeda iman. Kalau kita memang memiliki kehendak baik menurut ukuran Allah, kita diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan semua pihak yang memiliki kehendak baik untuk mencapainya.
Jadi usaha untuk mencari, mengetok, bahkan meminta adalah juga usaha kita untuk terus menyuarakan apa yang menjadi kehendak kita ke banyak pihak selain melalui doa kepada Tuhan. Bicarakan visi dan impian kita ke banyak orang dengan berbagai cara, baik lisan dan tulisan, selain membawanya dalam doa. Jangan mudah putus asa untuk mencari orang yang berkeinginan serupa, mengetok pintu-pintu hati mereka bahkan meminta kesediaan mereka mendengarkan kita. Maka apa yang kita pandang sebagai batu yang keras tidak dapat dimakan, ternyata empuk dan enak rasanya. Apa yang kita takutkan sebagai suatu ancaman yang bakal mematikan impian kita, bisa diubahkan laksana ikan yang berseliweran tinggal dipancing.
Marilah kita kembali meluruskan hati kita dengan apa yang menjadi isi hati Tuhan melalui SabdaNya karena Ia tetap sama, tidak berubah dari dulu, sekarang dan sepanjang masa.
=================================================================
Bacaan Mat 7:7-12
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”