“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka” – Rabu Abu
Pada saat ini di jalanan dapat kita lihat aneka macam jenis bendera atau atribut partai atau tokoh politik terpasang di jalanan, ada yang ditempel di pohon, pagar tembok, berupa baliho yang besar dan ada pula yang dipasang di keinggian sebuah pohon, dst.. Tujuan atau sasaran dari semua itu kiranya untuk menampilkan diri agar dikenal banyak orang, dengan maksud agar banyak orang menilainya sebagai yang terbaik atau layak untuk dipilih. Itulah gaya hidup formalistis atau liturgis yang rasanya masih banyak dihayati oleh kebanyakan orang, baik dalam hidup dan bekerja di masyarakat, tempat kerja, organisasi maupun dalam hidup beragama. Yang paling memprihatinkan di Indonesia rasanya adalah dalam hal kehidupan beragama. Kita sering mendengar aneka info dan berita yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, namun aneka macam kemerosotan hidup moral masih marak di sana-sini, lebih-lebih dan terutama dalam tindakan korupsi atau manipulasi serta kebohongan. Dalam kegiatan keagamaan pada hari raya, seperti Natal atau Idul Fitri dst..nampak bahwa orang menjalankan kewajiban agamanya, tetapi dalam hidup sehari-hari apa yang diterima dan dialami dalam ibadat-ibadat tak berbekas sama sekali. Sebagai umat Katolik mulai hari ini, Rabu Abu, kita memasuki masa Puasa, masa Retret Agung Umat, masa mawas diri dan refleksi, maka marilah kita mawas diri perihal kehidupan keagamaan atau keimanan kita.
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (Mat 6:1)
Orang-orang Farisi memang suka melakukan kewajban agamanya di hadapan banyak orang, supaya dilihat oleh mereka, dan mereka memujinya sebagai orang beragama yang sungguh beribadah, padahal yang dilakukan hanyalah permainan sandiwara. Apa yang dikatakan di dalam ibadat atau doa tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan dalam hidup sehari-hari. “Farisi-Farisi masa kini” kiranya masih cukup banyak juga. Sebagai murid-murid Yesus kita dingatkan agar tidak bersandiwara dalam melakukan kewajiban agama kita, antara lain dalam Masa Puasa ini dalam hal kewajiban berpuasa, berdoa serta berbuat amal kasih.” Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu….. “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat 6:3-6.16-18) .
1. “Memberi sedekah atau amal kasih”
Ada orang atau kelompok organisasi ketika memberi sedekah, amal kasih atau sumbangan sosial minta untuk di ‘expose’ melalu berbagai macam jenis media massa dan pada saat memberikan juga memakai symbol atau atribut partai atau golongan. Dengan kata lain mereka memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berkampanye atau demi ketenaran diri sendiri atau kelompoknya. Tetapi kiranya lebih banyak orang yang melakukannya dengan sembunyi-sembunyi serta tidak mau disebut namanya. Kita diingatkan bahwa jika memberi sumbangan/sedekah atau amal kasih yang penting diterima oleh yang berhak, entah melalui cara apapun terserah asal tidak untuk menonjolkan diri. Sebagai contoh: ketika ada banjir banding di Jakarta ada daerah yang warganya mayoritas umat Islam yang fanatik, dalam arti tidak mau menerima bantuan dari orang Kristen atau Katolik, maka warga Katolik daerah yang bersangkutan menyampaikan bantuan melalui seorang haji yang disegani.
2. “Berdoa”
“Doa berarti mengarahkan hati kepada Tuhan. Maka doa tidak membutuhkan banyak kata, dan tidak tergantung pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus. Yang berdoa adalah hati, bukan badan. Maka yang berdoa sebetulnya juga bukan manusia, melainkan Roh Allah sendiri (lih. Rm 8:26). Itu berlaku untuk doa pada umumnya, dan juga untuk doa di dalam Gereja” (KWI: IMAN KATOLIK, Buku informasi dan Referensi, Jakarta 1996, hal 393). Berdoa tidak terikat oleh ruang dan waktu, dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja serta dalam keadaan atau kondisi macam apapun juga. Maka baiklah di masa Tobat/Retret Agung Umat ini kita tingkatkan dan perdalam hidup doa kita.
3. “Berpuasa”
“Kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.”(2Kor 5:20 -6:1), demikian kesaksian iman dan peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua. Tujuan berpuasa adalah agar kita senantiasa berdamai dengan Allah serta tidak membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah. Rasanya kita semua masih jauh atau tidak sepenuhnya menghayati tujuan berpuasa tersebut, dengan kata lain memang kita diharapkan berpuasa atau lakutapa.
“Lakutapa terbagi atasa lakutapa batin dan lakutapa lahir. Batin ialah kesusahan hati atas dosa-dosa, dan niat teguh tidak akan melakukan lagi dosa-dosa itu ataupun dosa-dosa lainnya; lahir adalah buah dari lakutapa batin, misalnya menyiksa diri demi dosa-dosa yang telah dilakukan” (St.Ignatius Loyola, LR no 82). Ada tiga cara dalam mempraktekkan lakutapa lahir yaitu: hal makan, hal tidur dan menyesah badan. Dalam hal makan dan minum antara lain orang mengurangi apa yang wajar, bukan yang berlebihan (tentu saja mengurangi yang berlebihan harus dilaksanakan) , Sebenarnya dengan mengurangi apa yang wajar dalam hal makan dan hal tidur orang telah mengalamai penyesahan badan, namun sekiranya masih dibutuhkan penyesahan badan kiranya baik untuk dilakukan.
Penyesahan badan dapat dilakukan dengan menyakiti diri asal tidak membahayakan kehidupan, namun juga dapat dilakukan secara sosial, sebagaimana senantiasa dilakukan selama masa Puasa/Tobat/ Prapaskah atau Retret Agung Umat dengan kegiatan Aksi Pembangunan. Rasanya bentuk lakutapa penyesahan diri perlu diwujudkan juga secara positif dalam kegiatan atau gerakan Aksi Pembangunan secara konkret. Tahun 2009 yang ditandai oleh Krisis Moneter Global, yang telah mulai tahun 2008, kiranya akan terjadi banyak peristiwa atau kebijakan dapat menimbulkan gejolak atau kerawanan sosial, sebagai dampak PHK bersar-besaran, dimana terjadi pengangguran, daya beli rakyat semakin kecil, para pekerja informal pun semakin berkurang pendapatannya, dst.. Para pemulung di kota besar seperti Jakarta telah kena dampak Krisis Moneter Global: 1 kg (satu kilogram) gelas plastik bekas AQUA dulu dihargai Rp.2.500,- saat ini hanya dihargai Rp.700,- Maka memperhatikan aneka dampak Krisis Moneter Global kami sampaikan usulan atau harapan bentuk kegiatan atau gerakan Aksi Pembangunan sebagai berikut:
1). Kegiatan atau gerakan yang sudah biasa sering dilakukan adalah yang berguna bagi warga masyarakat pada umumnya, misalnya gerakan perbaikan aneka sarana umum bagi warga masyakat seperti perbaikan jalan dan jembatan di desa-desa, sedangkan di kota-kota antara lain gerakan kebersihan lingkungan, pengolahan sampah atau limbah dst.. Secara umum juga diadakan gerakan dalam bentuk pengumpulan uang atau dana dan kemudian disumbangkan bagi mereka yang membutuhkan seperti korban bencana alam, bantuan untuk belajar/uang sekolah bagi yang miskin, dst..
2) Kepada mereka yang memiliki usaha atau perusahaan kami berharap untuk berusaha seoptimal mungkin tidak terjadi PHK pegawai atau buruh. Memang untuk itu butuh dukungan kita semua, sebagaimana dibijaki oleh pemerintah agar kita menggunakan produk-produk dalam negeri bukan dari luar negeri atau import. Dukungan mungkin juga dibutuhkan dari para pegawai atau buruh antara lain kemungkinan untuk dikurangi imbal jasa/gajinya atau waktu kerja, dst…
3) Kepada mereka yang memiliki wewenang atau penentu kebijakan gerakan pembangunan aneka fasilitas atau sarana demi kepentingan umum, yaitu para pejabat atau pimpinan daerah, kami harapkan jika ada proyek pembangunan lebih dengan jalan ‘padat karya’ bukan ‘padat modal’, dengan harapan dapat menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang.
4) ‘The last but not the least’ rasanya kita semua harus hidup sederhana dan tidak berfoya-foya. Hindari dan jangan dilakukan aneka kegiatan yang menghambur-hamburka n uang “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (Yl 2:13). Mungkin untuk hidup sederhana hati anda akan merasa terkoyak, apalagi jika terbiasa hidup berfoya-foya atau bermewah-mewah tanpa aturan. “Tuhan adalah pengasih dan penyayang”, maka kita semua yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk menjadi ‘pengasih dan penyayang’. Marilah kita kasihi dan sayangi jiwa dan hati kita masing-masing, jangan cemari atau nodai hati dan jiwa anda dengan hidup berfoya-foya, jangan sakiti jiwa dan hati saudara-saudari anda dengan dan melalui hidup serakah dan berfoya-foya.
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat”(Mzm 51:3-6a) - Ign Sumaryo SJ
================================================================
Bacaan Mat 6:1-6;16-18
6:1 “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
6:5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:16 “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”