“Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri”
Dalam setiap kunjungan yang dilakukan ke berbagai panti laras milik Pemda DKI, panti penampungan para penderita stress, banyak sekali dijumpai warga binaan yang berulang kali keluar masuk panti. Kalau di berbagai Persekutuan Doa selalu ada ujub doa agar minggu depan Tuhan mengirimkan lebih banyak orang datang untuk bersekutu bersama. Maka kami mendoakan yang sebaliknya, agar warga binaan di panti laras berkurang terus. Dalam doa kami selalu berharap bahwa mereka sembuh dan dapat meninggalkan panti laras untuk kembali berkumpul dengan keluarganya. Tapi kenyataannya Tuhan menjawab doa sebaliknya karena jumlah warga binaan semakin hari semakin bertambah melebih kapasitas panti sehingga jatah makan perorang pun semakin mengecil. Jangan bicara soal gizi di panti kalau penghuni bertambah terus sementara anggaran pemda tidak berubah dari tahun ke tahun. Krisis ekonomi dan berbagai tekanan membuat semakin banyak orang tidak tahan dan menderita stress berkepanjangan. Para warga binaan ini rata-rata pernah terlibat dalam berbagai cara usaha untuk membunuh dirinya sendiri karena sudah putus harapan. Ada juga yang bisa sembuh tetapi dari yang sedikit ini hanya pulang sebentar dan beberapa waktu kemudian kembali lagi masuk panti. Bahkan mereka lebih merasa betah tinggal di panti laras daripada dirumahnya sendiri.
Itu kasus yang nyata yang kami hadapi selama lebih dari 20 tahun pelayanan. Kasus lain adalah banyaknya anak-anak yang lari dari rumah karena tidak menemukan kedamaian dan ketenangan. Mereka menemukannya diantara teman-temannya dalam dunia dugem dan narkoba serta seks bebas. Lalu dimana kah ada bagian dunia lain yang memberikan kenyamanan kalau bukan dalam keluarga sendiri?
Bacaan hari ini menggelitik sanubari apakah saya sudah menciptakan ‘rumah’ yang hommy, yang memberikan kedamaian bagi semua penghuninya untuk kembali kerumah setiap saat mereka mengalami ‘stress’ diluar? Sudahkah anak-anakku menjadi ‘orang rumah’ yang memilih lebih baik mengajak teman2nya main dan tinggal dirumah daripada keluyuran di mall? Apakah saya sendiri juga merasa ingin cepat pulang kerumah bila menghadapi tekanan ‘diluar’ sana?
Seorang nabi tidak diterima dikampung halamannya sendiri, ditolak oleh keluarganya sendiri. Kenapa ya? Karena mereka tahu bagaimana kebiasaan dan kelemahan kita sedari kecil. Bisa juga mereka tetap anggap kita sebagai anak bawang, anak kecil gak tahu apa-apa dan bahkan mencap ‘tidak bakal jadi apa-apa’. Cap inilah kadang sering kita lakukan juga pada anak-anak kita. Kalau kamu nakal seperti ini, mau jadi apa kalau sudah besar nanti? Masuk penjara kah? bikin malu keluarga lah dsb dsb. Padahal orang-orang yang keluar dari penjara tentu punya harapan bisa diterima kembali dan dimaafkan oleh keluarganya. Ada harapan bahwa mereka tetap dicintai walau pernah berbuat salah. Jadi tidak heran kalau warga binaan tidak sembuh-sembuh keluar masuk panti laras, para napi pun berkali-kali keluar masuk penjara, ternyata yang sakit adalah ‘keluarga’nya. Mereka tidak memiliki kasih yang tak berkesudahan, mereka belum memelihara kasih yang menumbuhkan harapan, menerima setiap anggota keluarga apapun kondisinya.
Kalau kita hanya mencintai anggota keluarga yang baik-baik saja, rasanya tidak perlu kita menjadi pengikut Kristus, orang atheis pun dapat melakukannya. Kalau saja semua keluarga mampu menerima setiap anggota nya dengan segala kelemahan dan keberadaannya, saya yakin tidak ada residivis yang hobbynya bolak-balik ke penjara, para mantan pengguna narkoba pun pasti sembuh bahkan panti-panti laras akan kembali sepi penghuni. Semoga kita tetap memohon rahmat Tuhan untuk senantiasa memiliki hati yang luas untuk mengasihi setiap anggota keluarga kita, betapapun buruknya yang ia lakukan, pasti Tuhan pun berharap bahwa suatu hari nanti ia akan kembali menikmati rahmat Tuhan.
==============================================================================================
Bacaan Mrk 6:1-6
“Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid- Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara- Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”
February 4, 2009 at 10:10 pm
pemikiran yang baik bu.
sebenarnya banyak masalah yg terjadi di luar bermula dari rumah tangga yang “not hommy”