Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku
Akhirnya saya harus mengakui bahwa saya memang addicted to internet, karena betapa gelisahnya saya akibat modem yang biasa saya pakai bermasalah, sehingga tidak dapat digunakan sejak hari jum’at. Padahal dari hari sabtu pagi buta saya sudah terbang ke semarang dan akan tinggal sampai hari selasa. Bisa dibayangkan betapa sedih nya saya tidak bisa menulis di blog saya. Tidak bisa chat dengan anak-anak yang saya tinggal berhari-hari padahal mereka sedang libur. Di telpon pun masuk mail box, apalagi sinyal susah didapat dari dusun yang jauh dari Semarang.
Lebih kecewa lagi karena sampai senin sore saya tidak mendapati counter telco operator untuk memperbaiki modem. Maka mohon maaf untuk para pengunjung yang setia mampir di blog saya. Masalah teknis ini diluar kemampuan saya. Tapi percayalah saya tetap mendoakan anda agar Tuhan tetap menyapa anda yang rindu akan SabdaNya dengan cara lain.
Malam ini saya sungguh merasa sedih dan tidak berdaya, saat dimana anak-anak libur, seharusnya saya bisa menemani mereka. Sungguh berbeda dengan almarhum ibu yang selalu ada di saat anak-anaknya membutuhkannya. Tetapi karena saya memilih memenuhi panggilan Tuhan sayapun harus konsekwen menjalankannya. Saya memilih menembus malam yang dingin di desa Munding kecamatan Gerkas Semarang sambil naik motor, merengkuh jaket melawan gerimis . Saya memilih bertemu dengan anak-anak muda desa yang sederhana, para pemilih pemula, daripada bercengkerama dengan anak-anak saya tercinta.Inikah juga yang disebut salib dalam perjuangan menapaki panggilanNya? Menyalibkan kewajiban sebagai ibu demi perjuangan di akar rumput? Sebegini beratnyakah menjalankan panggilan Tuhan? Atau jangan-jangan saya salah mengenali panggilanNya?
Sambil menggigit bibir, saya menahan tangis. Oh God, please forgive me, kiranya Tuhan berikan penghiburan bagi anak-anak dan suami yang kutinggalkan. Sungguh saya merasa menjadi ibu yang melalaikan tugasnya. Tidak mudah menjalankan berbagai fungsi bersamaan. Dan kali ini saya harus mengesampingkan tugas sebagai ibu demi bertemu konstituen setempat. Ternyata Tuhan memberikan penghiburan dengan caraNya yang ajaib.Tiba-tiba aku mendapat SMS tak dikenal, mungkin dari konstituen mengingat no HP saya tercetak di kartu nama parpol, yang berisi sbb:
Wanita cantik melukis kekuatan lewat masalah. Tersenyum saat tertekan, tertawa disaat hati sedang menangis, memberkati disaat terhina, mempesona karena memaafkan. Wanita cantik mengasihi tanpa pamrih & bertambah kuat dalam doa dan pengharapan. Ini dikirim khusus untuk setiap wanita cantik kepuyaan YESUS. Selamat Hari Ibu.
Sambil duduk di atas motor, saya tidak dapat menahan tangis akan sapaan Tuhan, yang sungguh-sungguh menjadi penghiburan disaat saya merasa tidak berdaya sebagai ibu. Tim sukses saya mungkin tidak menyadari bahwa penumpangnya sedang menangis karena sukacita surgawi. Maka saat membaca Magnificat Maria, saya sungguh merasakan penghiburan sekali lagi. Oh God, You are my Saviour, You are my King. Thankyou for Your love.
=====================================================
Bacaan Lukas 1:46-56
Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya. ”
Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.