“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”- HR SP Maria Dikandung tanpa dosa: Kej 3:9-15.20; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38
“Karena kurnia serta peran keibuannya yang ilahi, yang menyatukannya dengan Puteranya Sang Penebus, pun pula karena segala rahmat serta tugas-tugasnya, Santa Perawan juga erat berhubungan dengan Gereja. Seperti telah diajarkan St.Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cintakasih dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam misteri Gereja, yang juga disebut bunda dan perawan, Santa Maria mempunyai tempat istimewa, serta secara ulung dan istimewa memberi teladan perawan maupun ibu. Sebab dalam iman dan ketaatan ia melahirkan Putera Bapa sendiri di dunia, dan itu tanpa mengenal pria, dalam naungan Roh Kudus, sebagai Hawa yang baru, bukan karena mempercayai ular yang kuno itu, melainkan karena percaya akan utusan Allah, dengan iman yang tak tercemar oleh kembimbangan. Ia telah melahirkan Putera, yang oleh Allah dijadikan yang sulung di antara banyak saudara (Rm 8:29), yakni Umat beriman. Maria bekerja sama dengan cinta kasih keibuannya untuk melahirkan dan mendidik mereka” (Konsili Vatican II, LG no 63)
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38)
“Per Mariam ad Christum” = “Melalui Maria menuju Kristus, demikian ungkapan yang rasanya menggambarkan pengalaman banyak orang, yang dengan berdevosi kepada Bunda Maria semakin dekat dan bersahabat dengan Yesus Kristus, dengan Tuhan. Jika kita cermati pertumbuhan dan perkembangan tempat-tempat suci yang dipersembahkan kepada Bunda Maria berkembang begitu pesat: selain tempat-tempat ziarah yang cukup besar, di beberapa halaman gedung Gereja atau pastoran dan biara sering dibangun gua Maria. Doa-doa rosario menjadi pilihan doa yang senantiasa didoakan, entah sendiri atau bersama, sebelum perayaan Ekaristi, dalam doa bersama di lingkungan atau sendirian sambil berjalan-jalan, dst.
Maria adalah teladan hidup beriman, teladan kesucian karena sejak dalam kandungan ia dikarunia, Tuhan senantiasa menyertainya, dan selama hidupnya senantiasa bersatu dengan Penyelamat Dunia sampai Ia wafat di kayu salib.Kita semua dipanggil untuk meneladan Bunda Maria yang dengan rendah hati menyatakan: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”. Seorang hamba atau pembantu rumah tangga yang baik memang senantiasa bertindak menurut perkataan atau perintah tuan-tuannya. Maria, hamba Tuhan, senantiasa “mendengarkan firman Allah dan melakukannya. “ (Luk 8:21). Maka jika kita bercita-cita untuk menjadi suci, tak bernoda dan tak bercacat hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita, marilah kita ‘mendengarkan firman Allah dan melakukannya’ kapanpun dan dimanapun:
1). “Mendengarkan” merupakan keutamaan yang dibutuhkan dan harus dihayati jika kita menghendaki tumbuh berkembang sebagai pribadi cerdas beriman. Agar kita dapat mendengarkan dengan baik kita harus rendah hati, menghayati diri sebagai seorang ‘hamba yang baik’. Marilah kita dengarkan sapaan dan sentuhan Tuhan, entah yang bergema dalam lubuk hati kita atau melalui orang lain yang berbuat baik kepada kita: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”. Marilah kita sikapi dan hayati aneka sapaan, sentuhan, kritik dst.. dari saudara-saudari atau sesama kita sebagai kasih karunia Tuhan. Jika kita bersikap demikian, kami yakin kita dengan mudah mendengarkan (membaca, mereungkan dan memahami) firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, dan dengan demikian kita akan dirajai atau dikuasai oleh Tuhan, hidup dan bertindak sebagai ‘hamba-hamba Tuhan’. Ingatlah dan hayati bahwa firman/sabda Tuhan pertama-tama dan terutama untuk ‘dibacakan dan didengarkan’ bukan didiskusikan. Bacakan dengan baik firman/sabda Tuhan, sehingga para pendengar juga dapat mendengarkan dengan baik, jika membacakan untuk diri sendiri hendaknya jangan hanya bisik-bisik, melainkan usahakan sampai telinga tubuh kita dapat mendengarkan dengan baik.
2). “Melakukan” atau melaksanakan atau menghayati itulah keutamaan yang ada dalam diri para hamba. Bunda Maria menjadi teladan atau pola hidup menggereja “dalam hal iman, cintakasih dan persatuan sempurna dengan Kristus”. Bunda Maria juga “menjadi ibu semua yang hidup” (Kej 3:20 ). Keunggulan hidup beriman terletak dalam ‘penghayatan iman, cintakasih dan persatuan dengan Tuhan’, bukan dalam wacana atau omongan.. Dengan menghayati iman, cintakasih dan persatuan dengan Tuhan kita akan hidup, hidup bergembira, gairah, dimanis dan damai sejahtera.
“Di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya”(Ef 1:4)
Masing-masing dari kita atau kita semua adalah ‘yang terpilih’. Ingat dan sadari bahwa ada lebih dari 20 (duapuluh) juta sperma belomba untuk merebut satu sel telor dan hanya satu yang berhasil untuk bersatu dengan sel telor dan kemudian tumbuh berkembang menjadi manusia, yaitu masing-masing dari kita saat ini. Masing-masing dari kita adalah yang terpilih oleh Allah untuk berpartisipasi dalam karya penciptaanNya yang tiada henti. Pada awal ada kita senantiasa dalam keadaan ‘kudus dan tak bercacat’ alias suci, bersih dan murni. Memang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan atau semakin tambah usia dan pengalaman pada umumnya semakin pudar juga kekudusan dan ketidak-cacatan tersebut, karena kelemahan dan kerapuhan kita. Maka baiklah di hari raya SP Maria dikandung tanpa dosa hari ini kita mawas diri: “sejauh mana kita masih dalam keadaan kudus dan tak bercacat seperti sedia kala”, dan jika telah pudar, marilah kita memperbaharui dan bertobat.
Marilah kita kenangkan janji baptis yang pernah kita ucapkan atau ikhrarkan, yaitu “hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan”. Janji baptis merupakan dasar dari janji-janji lainnya, yang mengikuti, misalnya janji perkawinan, janji imamat atau kaul hidup membiara. Jika kita handal dan kuat serta mendalam dalam penghayatan janji baptis, kiranya dengan mudah menghayati atau melaksanakan janji-janji berikutnya. Janji-janji berikutnya, setelah janji baptis, hemat saya merupakan niat dan usaha untuk lebih mendalam dan handal dalam penghayatan janji baptis. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan dalam hal penghayatan janji baptis, dimana kita terpilih untuk bersatu dengan Kristus
Jika adalah orang, kenalan atau saudara-saudari kita, entah sebagai suami atau isteri, imam, bruder atau suster, cara hidup atau cara bertindak tidak baik, hendaknya diingatkan atau ditegor perihal janji baptis atau diajak bersama-sama untuk setia menjadi murid Yesus Kristus, orang Kristen atau Katolik. Jangan ditegor misalnya “hendaklah menjadi suami atau isteri yang baik, imam, bruder atau suster yang baik”, melainkan “hendaknya menjadi orang Kristen atau Katolik yang baik”. Yang mendasar dan hakiki adalah baptisan kita masing-masing, sedangkan bentuk panggilan lain bersifat fungsional; kita semua adalah Umat Allah, sama-sama Umat Allah, maka hendaknya perbedaan panggilan dan tugas pengutusan semakin mengkokohkan dan memperteguh keanggotaan kita sebagai Umat Allah.” karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan — kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya — supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya” (Ef 1:11-12)
====================================================
Bacaan Luk 1:26=38
1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
1:38 Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Jakarta , 8 Desember 2008