Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan
Kita sering terkagum-kagum saat melihat bangunan kastil di daratan Jerman dan berbagai gereja kuno di Eropa. Tapi apa yang terjadi didalamnya hanyalah sisa dari sebuah monumen yang dingin dan tidak bernyawa. Bahkan di banyak tempat di eropa rumah ibadah sudah beralih fungsi menjadi kafe, butik dll karena sudah tidak dirasakan bermanfaat, bahkan ditutup dan dijual. Demikian halnya kita sering begitu bersemangat terlibat dalam pembangunan rumah ibadah, berlomba kreativitas sebagai panitia pengumpulan dana agar umat mau menyumbang.
Tetapi saat bangunan rumah ibadah berdiri, kita lupa dan kurang bersemangat untuk mengisinya dengan mengajak semakin banyak umat mencintai Tuhan dengan bersama-sama merayakan Ekaristi. Kegiatan penggalangan pembinaan orang muda dan anak-anak di beberapa tempat menghadapi tembok birokrasi, sehingga mereka merasa gedung Gereja dibangun bukan untuk mereka. Demikian pula yang terjadi pada rumah sakit dan sekolah katolik, diakui bahwa bangunan tersebut megah dan bagus. Tapi apakah masyarakat sekitarnya mau mengakui bahwa bangunan ini ada dan memberi arti dalam kehidupan mereka? Adakah tempat bagi mereka yang miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan ? Rasanya nota pastoral KWI jelas mengingatkan kita kembali akan peran setiap institusi katolik.
Demikian pula dalam konteks kehidupan berkeluarga, para pasangan muda berbondong-bondong ‘hunting’ mencari paket pesta perkawinan yang murmer, juga ‘hunting’ mencari rumah yang cukup pantas untuk ditinggali. Tapi apakah mereka juga mempersiapkan landasan perkawinan yang kokoh yang bisa bertahan lebih lama dari masa KPR nya berakhir? Adakah keluarga-keluarga katolik masih sibuk membangun ‘menara gading’ sehingga tidak sempat memberikan perhatian bagi tetangga yang sedang kesulitan?
Bangsa akan bangkit melawan bangsa, bisa terjadi karena ada kesenjangan serta hilangnya rasa damai dan pertemanan antara satu dengan yang lainnya. Semoga kita tidak terjebak pada kegiatan membangun menara gading dan menutup diri tinggal didalamnya, tapi justru membangun ‘rumah’ yang hommy bagi siapapun yang berkunjung. Setiap orang merasa diperhatikan, disapa dan diakui keberadaannya sebagai manusia, sehingga kita tidak saja membangun ‘rumah ibadah’ tapi juga membangun komunitas orang beriman yang memberi arti bagi sekitarnya. Komunitas yang sekecil apapun tapi mau belajar saling mengasihi dan memperhatikan satu sama lain karena Kristus lah yang menyatukan kita.
==============================================================
Bacaan Luk 21:5-11
“Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di situ — akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan. ” Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit”